Abdul Rahman Saleh Sang ‘Ustaz di Kampung Maling’ Itu Berpulang

9 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan jaksa agung Abdul Rahman Saleh wafat pada Jumat (4/7/2025). Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kejagung) Harli Siregar menyampaikan, Abdul Rahman Saleh tutup usia saat dirawat di Rumah Sakit (RS) Mayapada di Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan (Jaksel). 

“Inalillahi wainailaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah H Abdul Rahman Saleh, jaksa agung periode 2005/2007,” tulis keterangan dari Kejagung.

Yang bersangkutan dikabarkan wafat pada Jumat, 4 Juli 2025 Pukul 13.05 WIB di RS Mayapada,  Kuningan, Jakarta Selatan. Saat ini, kata Harli jenazah almarhum akan dibawa ke rumah duka yang berada di Pejaten Raya, Jakarta Selatan. Almarhum rencananya dimakamkan pada Sabtu (5/7/2025).

Abdul Rahman Saleh menjabat jaksa agung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penunjukannya sebagai jaksa agung ketika itu sempat kontroversial. Hal ini karena Abdul Rahman Saleh memimpin Korps Adhyaksa bukan dari jalur karier kejaksaan. 

Almarhum pernah menjadi hakim agung dan ketua muda hakim di Mahkamah Agung (MA) periode 1999-2004. Selama menjabat sebagai Jaksa Agung, Abdul Rahman Saleh punya reputasi yang positif dalam keseriusannya dalam pemberantasan korupsi. Tetapi ia juga sempat menjadi sasaran kritik lantaran menghentikan penuntutan terkait dugaan korupsi Presiden Soeharto karena alasan penguasa Orde Baru itu dalam kondisi sakit keras. 

Ia dulu sempat ramai diberitakan terkait komentar DPR bahwa yang bersangkutan sebagai jaksa agung adalah ‘ustaz di kampung maling’.

Merujuk arsip Republika, teman-teman dekat memanggilnya Arman. Nama lengkapnya: Abdul Rahman Saleh. Sebelum menjadi penegak hukum, putra Pekalongan yang dilahirkan pada 1 April 1941 ini telah membintangi 10 judul film. Ia juga menulis cerita pendek, belasan naskah drama, dan skenario film layar lebar.

Satu skenarionya berjudul Cinta Putih, diangkat ke layar lebar oleh sutradara Chaerul Umam. Arman suka membaca karya sastra dan berkawan, antara lain, dengan Rendra, Taufiq Ismail, Putu Wijaya, Chairul Umam, dan Amak Baljun. Ia juga wartawan, namun memilih jalur hukum menjadi ketua LBH Jakarta, hakim agung, dan kemudian jaksa agung pada 2004. Ia dikenal bersih dan lurus.

Arman sejak fokus di Kejaksaan Agung tidak lagi menulis naskah drama atau mencatat suatu peristiwa untuk berita. Bagaimanapun, ia tetap saja menjadi bagian dari drama nyata dan bahkan menjadi berita pada 2005. 

Read Entire Article
Politics | | | |