Alert Fatigue: Ketika Perang Tarif Tambah Risiko Ancaman Siber Industri Maritim

5 hours ago 2

Home > Kolom Thursday, 01 May 2025, 11:00 WIB

Solusi alert fatigue bukan menyuruh kru untuk tetap waspadaquot sepanjang waktu.

 FreepikAlert fatigue, dan cyber fatigue lainnya, jadi ancaman besar dunia pelayaran. Sumber: Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta – Dalam konteks maritim global yang semakin kompleks, perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok bukan hanya berdampak pada harga komoditas dan rantai pasok, tetapi juga memperparah kerentanan terhadap ancaman siber. Ketegangan geopolitik telah memperkuat potensi serangan digital, menjadikan sektor pelayaran sebagai salah satu target empuk, khususnya dalam komunikasi email kapal-darat yang menjadi tulang punggung operasional.

Masalah yang jarang disorot adalah "alert fatigue" atau kelelahan akibat peringatan berlebihan. Di tengah upaya penguatan keamanan melalui filter malware, pelatihan kru, hingga sistem deteksi dini, kru kapal kini dibanjiri peringatan yang terlalu banyak dan seragam. Akibatnya, mereka mulai mengabaikan semuanya termasuk ancaman yang nyata.

Alert fatigue inilah yang jadi perhatian Jamie Jones, COO GTMaritime. Dalam tulisannya di Splash247, ia memaparkan apabila riset Mimecast tunjukkan sebesar 95 persen organisasi memperkirakan tantangan keamanan email masih akan berlanjut hingga 2025. Dan 61% yakin dampaknya akan mengganggu bisnis. Dalam dunia pelayaran yang didominasi komunikasi via email, alert fatigue justru menciptakan titik lemah. Email phishing yang menyamar sebagai agen pelabuhan atau vendor teknis bisa lolos dan menyebabkan kebocoran data krusial atau bahkan sabotase operasional.

Perang tarif memperumit situasi, mengingat ketika tarif membuat biaya logistik melonjak dan operasi makin padat, kru semakin terbebani. Dalam kondisi tersebut, pelatihan konvensional tidak lagi memadai. Banyak kru adalah tenaga rotasi, bukan penutur asli bahasa Inggris, dan bekerja dalam lingkungan tekanan tinggi serta konektivitas terbatas.

Simulasi phishing GTMaritime menunjukkan 15% kru maritim masih mengklik tautan berbahaya, dan 7% menyerahkan data pribadi. Ini lebih tinggi dibanding rata-rata global (1-2%). Jika satu saja dari mereka adalah kru dengan akses tinggi saat fase kritis pelayaran, dampaknya bisa sangat fatal – apalagi di tengah perang tarif, ketika setiap keterlambatan atau gangguan bisa memperbesar kerugian.

Solusi alert fatigue bukan sekadar menyuruh kru untuk “tetap waspada.” Sistem keamanan harus lebih cerdas dan selektif dalam memberikan peringatan. Jika semua dianggap darurat, tak ada yang benar-benar darurat. Sistem yang efektif adalah yang bekerja senyap namun tajam – memberi peringatan hanya saat benar-benar perlu.

Ketika tarif menjadi alat diplomasi koersif dan perang ekonomi terus bereskalasi, dunia pelayaran butuh lebih dari sekadar filter dan pelatihan. Ia butuh kepercayaan yang tak dibangun dari rasa takut, tapi dari efisiensi dan kejelasan. Jika tidak, serigala digital akan menyelinap saat kita lelah, tak waspada, dan berhenti percaya.

Image

Read Entire Article
Politics | | | |