Anak ‘Dipaksa’ Cari Nafkah, Psikolog Ungkap Dampaknya Bagi Mental Buah Hati

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Istilah parentifikasi kini banyak diperbincangkan seiring viralnya video seorang ayah dengan 11 anak, di mana sebagian anaknya terpaksa berjualan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Kondisi ini dinilai tidak normal dan bisa berdampak buruk pada kondisi psikologis anak.

Guru besar bidang psikologi dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, menjelaskan bahwa parentifikasi terjadi saat anak mengambil alih peran dan tanggung jawab orang tua. Menurutnya, anak dengan kondisi ini berisiko mengalami tekanan mental dan fisik yang dapat menghambat proses tumbuh kembang.

“Parentifikasi ini jelas berdampak sekali bagi psikologis anak karena saat anak terpaksa ikut mencari nafkah dan kehilangan kesempatan untuk belajar, bermain, maka itu sudah tidak normal. Perlu diingat mencari nafkah itu bukan tanggung jawab anak,” kata Prof Rose saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/5/2025).

Menurut dia, parentifikasi umumnya dialami oleh anak pertama atau kedua yang terpaksa melakukan peran orang tua seperti mengurus adik hingga mencari nafkah. Oleh karena itu, dampak parentifikasi tidak hanya memengaruhi anak yang mengambil peran orang tua, tetapi juga bagi adik-adiknya. Anak parentifikasi bisa tumbuh menjadi sosok yang terlalu dominan kepada adik, atau merasa terbebani sedari dini.

Rose mengungkapkan bahwa dalam kondisi tertentu seperti ketika orang tua mengalami sakit parah atau cacat, lalu mereka meminta anaknya untuk membantu mencari nafkah, itu masih bisa dipahami sebagai situasi darurat. Meski idealnya dalam kondisi seperti ini, lingkungan dan pemerintah setempat perlu mengulurkan bantuan karena beban tersebut tidak layak ditanggung oleh anak.

Adapun jika orang tua sebetulnya masih mampu dan tidak cacat namun menyuruh anak untuk mencari nafkah, maka menurut Prof Rose, itu termasuk pada bentuk pengabaian tanggung jawab.“Kalau anak harus mengambil tanggung jawab orang tua yang sebetulnya masih sehat, tapi dia mempergunakan anak untuk mencari nafkah, itu berbahaya. Misalnya anak itu ngamen, berjualan, atau pekerjaan apapun, itu sangat tidak bisa dibenarkan,” kata dia.

Dalam proses pengasuhan, lanjut Prof Rose, orang tua tentu boleh mendisiplinkan anak dengan melibatkan mereka dalam melakukan pekerjaan rumah, asalkan masih dalam batas normal. Batas tersebut misalnya anak diajak untuk membereskan mainannya sendiri, dengan tanpa merenggut haknya untuk belajar dan bermain.

“Mengajak anak terlibat saat membereskan rumah atau mainannya sendiri, itu menurut saya masih normal. Batas normalnya adalah kalau anak masih punya hak untuk dirinya sendiri. Tidak semua dia lakukan untuk orang tuanya, dan anak masih memiliki kesempatan untuk bermain, belajar, dan hal lainnya yang ingin dia eksplor,” kata Rose.

Read Entire Article
Politics | | | |