Seorang wanita berjalan melewati bagian luar Reserve Bank di Sydney, Australia, Selasa, 3 Mei 2022. Bank sentral Australia menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 11 tahun.
REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY — Bank Sentral Australia (RBA) pada Kamis (10/7/2025) mengumumkan langkah besar menuju pengembangan mata uang digital bank sentral (central bank digital currency/CBDC) melalui kolaborasi dengan sejumlah mitra industri. Inisiatif ini ditandai dengan peluncuran Project Acacia, yang akan menguji penggunaan uang dan aset riil untuk pertama kalinya dalam proyek-proyek simulatif.
RBA menyatakan, proyek ini mencakup 19 kasus percontohan yang melibatkan berbagai kelas aset, seperti pendapatan tetap, pasar swasta, piutang dagang, dan kredit karbon. Selain itu, akan dilakukan lima uji coba bukti konsep (proof of concept) dalam transaksi simulasi.
Aset penyelesaian yang diuji mencakup CBDC, stablecoin, dan token simpanan bank, serta skema baru pemanfaatan simpanan bank komersial yang ada di RBA. Platform yang akan digunakan dalam pengujian antara lain Hedera, Redbelly, R3 Corda, Canvas Connect, serta jaringan lain yang kompatibel.
Pengujian dijadwalkan berlangsung selama enam bulan ke depan, dengan laporan hasil uji coba akan dirilis pada paruh pertama tahun 2026.
“Kasus penggunaan yang dipilih dalam proyek ini akan membantu kita memahami bagaimana inovasi dalam bank sentral, mata uang digital swasta, dan infrastruktur pembayaran dapat meningkatkan efisiensi pasar keuangan grosir di Australia,” ujar Asisten Gubernur RBA Bidang Sistem Keuangan, Brad Jones.
RBA menegaskan fokusnya pada pengembangan CBDC untuk sektor wholesale, setelah menyimpulkan bahwa tidak ada manfaat ekonomi signifikan dalam pengembangan mata uang digital ritel resmi.
Menurut RBA, sejumlah manfaat utama dari CBDC grosir mencakup pengurangan risiko rekanan dan operasional, pembebasan agunan, peningkatan transparansi dan kemampuan audit, serta efisiensi biaya bagi lembaga keuangan dan nasabah.
sumber : REUTERS