Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi berjabat tangan selama konferensi pers di Ruang Timur Gedung Putih, Kamis, 13 Februari 2025, di Washington.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Narendra Modi membantah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait konflik antara India dan Pakistan beberapa waktu lalu. Pada 7-10 Mei 2025, kedua negara di Asia selatan itu menyerang satu sama lain, sebelum akhirnya menyepakati gencatan senjata.
Menurut Perdana Menteri (PM) India itu, kesepakatan penghentian tembak-menembak tidak melalui mediasi negara mana pun, termasuk AS. Penyelesaian masalah, lanjut dia, dicapai melalui jalur komunikasi militer kedua negara, tanpa dijembatani pihak ketiga.
"PM Modi menyampaikan kepada Presiden Trump dengan terang bahwa selama masa itu (konflik India-Pakistan), tidak ada pembicaraan mengenai kesepakatan dagang India-AS atau mediasi yang dilakukan AS untuk (menengahi) India dan Pakistan," ujar Menteri Luar Negeri India Vikram Misri dalam pernyataan persnya, dilansir Reuters, Rabu (18/6/2025).
Misri mengatakan, PM India Narendra Modi menghubungi Trump via sambungan telepon pada Selasa (17/6/2025), di sela-sela pertemuan G7 di Kanada. Pertemuan ini menjadi kontak langsung pertama antara keduanya sejak konflik India-Pakistan pada Mei lalu.
Sebelumnya, Trump mengeklaim, gencatan senjata antara dua negara bersenjata nuklir itu tercapai berkat mediasi AS. Ia juga menyebut Washington telah mendorong India dan Pakistan agar berfokus pada kerja sama dagang, alih-alih perang.
Namun, India membantah klaim tersebut dan menegaskan bahwa pihaknya tak pernah menerima bentuk mediasi apa pun terkait konflik dengan Pakistan.
"Pembicaraan untuk menghentikan aksi militer berlangsung langsung antara India dan Pakistan melalui saluran militer yang sudah ada---dan atas desakan dari pihak Pakistan. PM Modi menegaskan, India tidak pernah menerima mediasi. Sejak dahulu, tidak akan pernah menerimanya," ucap Misri.
Pada 10 Mei 2025, Trump menyatakan, India dan Pakistan menyepakati gencatan senjata penuh setelah perundingan panjang yang dimediasi Washington.
sumber : Reuters