Belajar dari Sosok Bernama Mehmed II

5 hours ago 1

Image Andhika Chandra Kias Chahyadi, S.Pd

Sejarah | 2025-05-04 19:40:44

Ilustrasi : Sultan Muhammad Al Fatih

Muhammad II lahir pada 29 Maret 1432, merupakan putra dari sultan utsmani bernama Murad II. Ibunya sendiri bernama Huma Hatun. Saat kecil bisa dikatakan Mehmed memiliki perilaku yang cukup agresif dan mempunyai gelagak nakal. Oleh karenanya, Murad II mendatangkan guru-guru yang terbaik pada zamannya untuk mendidik dan membentuk mental bagi Mehmed II. Kedua guru yang berpengaruh besar bagi perkembangan kejiwaan dan karakternya ialah syeikh Ahmad Al Kurani dan syeikh Aaq Syamsuddin. Mereka bukan sembarang ulama, karena dunia tak dapat menipu dan memperdayanya, sedang indera penglihatan mereka sudah terikat janji Allah dan surgaNya.

Mengenai Ahmad Al Kurani, Imam Suyuthi menuliskan, “Sesungguhnya ia adalah seorang yang berilmu lagi faqih. Para ulama pada zamannya telah menjadi saksi atas kelebihan serta kekonsistenan beliau. Ia pun melampaui rekan-rekannya dalam ilmu-ilmu ma’qul dan manqul. Mahir dalam nahwu, ma’ani dan bayan, serta fiqh dan masyur dengan berbagai keutamaan.”

Syeikh Aaq Syamsuddin sendiri adalah ulama yang nasabnya bersambung pada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia dikenal dengan seorang Polymath, karena ahli dalam berbagai bidang seperti biologi, kedokteran, astronomi dan pengobatan herbal. Paling menakjubkan yakni beliau menjadi seorang Hafidz Al-Qur’an pada usia 7 tahun.

Dalam membentuk karakter mehmed, syeikh Ahmad Al Kurani tidak memperlakukan mehmed dengan istimewa, dan menganggapnya sama dengan anak yang lain sekalipun ia anak sultan. Syeikh juga tidak segan untuk menegurnya apabila mehmed melanggar syariat. Mehmed juga belajar berbagai rumpun ilmu yang telah dikuasi baik dengan syeikh Aaq Syamsuddin. Cara syeikh Aaq ialah dengan menceritakan kisah-kisah kehebatan peradaban Islam dan perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya dalam menegakkan Islam. Terutama juga menanamkan kepribadian Rasul melalui sirah-nya. Alhasil jiwa kesatria dan mental Mehmed mulai terbentuk disini.

Mindset dan cara pandangnya kini melebihi dari yang orang lain pikirkan ‘See Beyond The Eyes Can See’. Ia pun dipersiapkan untuk menjadi sebaik-baik pemimpin sebagaimana bisyarah Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal Al Musnad. Dikatakan sebelum proses kelahiran Mehmed, ayahnya kerap membaca Al-Qur’an dan berhenti pada surat Al-Fath yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum Muslim saat anaknya lahir. Mehmed juga tidak diperhitungkan menjadi sultan karena usianya yang masih begitu muda, namun takdir berkehendak lain yang menginginkan Mehmed untuk naik takhta karena saudara laki-lakinya pada wafat.

Sekalipun masih muda, ia tetap masih perlu belajar banyak lagi dari ayahnya dalam hal memerintah. Saat menjabat ia pernah digulingkan karena ketidakcakapanya dalam mengurus suatu masalah, hingga ia mampu mengevaluasi dan kembali lagi ke posisinya. Prinsip yang dipegang oleh Mehmed adalah nasehat yang selalu diutarakan oleh guru-gurunya yang membantu ia menghadapi masalah, juga kepada ayahnya untuk mengetahui mengenai permasalahan internal kesultanan. Berbagai dinamika juga dihadapi oleh Mehmed yang perlahan ia mampu beradaptasi.

Ditengah kesibukakannya dalam mengelola kesultanan, ia tidak lupa akan kewajibannya sebagai muslim yakni untuk selalu mensejahteraan rakyatnya, menegakkan keadilan, berdakwah, dan menjalankan sunah Rasul. Salah satu sunah yang ia jalankan yang tidak pernah terputus adalah salat sunnah rawatib.

Ihwal mengelola ratusan ribu orang baik itu tentara dan rakyatnya tentu membutuhkan orang-orang kepercayaan, dialah para pasya atau orang yang mempunyai posisi strategis dan penting yang membantu sultan menjalankan pemerintahan dan menakhlukan kontsantinopel.

Dengan kayakinan-keyakinan yang begitu kuat ternaman pada diri Mehmed dibantu oleh para tentaranya, sekitar 54 hari pengepungan ujian dan ketabahan begitu lebat untuk diutarakan. Ribuan pasukan telah gugur sedang tembok masih begitu kokoh tidak tertembus, tentu membutuhkan mental yang begitu kuat untuk menghadapi kenyataan seperti ini. Tetapi kenyataan tidak seperti itu, Mehmed sendiri yakin bahwa tembok akan runtuh dan dirinyalah dan pasukan yang dimaksud sabda Rasul. Mindset Beyond the eyes can see menjadikan dia seorang pemimpin sekaligus penakhluk yang memiliki tekad kuat. Seseorang yang selalu melihat kekinian dan fakta di depan matanya tidak pantas karena bersifat fatamorgana. Cara Mehmed pun sebaliknya ia yakin akan mewujudkan apa yang dilihat dengan akalnya bukan dengan matanya.

Berbeda halnya ketika orang-orang tidak memandang seperti yang mehmed pandang, mereka akan selalu beralasan, mengeluh dengan hambatan dan rintangan yang menghadang. Mereka pun tidak melakukan suatu tindakan apapun. Mereka kalah sebelum berperang dan orang yang tidak memiliki keyakinan peluang keberhasilannya adalah nol. Mereka hanya sanggup melihat apa yang ada di depan mata dan tertipu karenanya, namun mereka tidak bisa melihat apapun yang ada dibalik itu. Begitulah orang yang tertipu dengan dunia umpamanya.

Visi dan tekad yang besar dalam pikiran dan dada dari sosok Mehmed ini mampu mewujudkan bisyarah Rasul dan menakhlukan kota konstantinopel. Panji keIslaman pun ditegakkan di menara-menara tembok. Lagi-lagi mukjizat kenabian Muhamamd SAW terwujud melalui bisyarahnya.

Berkat jiwa kepahlawanan, keberanian, kecerdasan, kesalehan, dan prestasi yang dituaikan oleh Mehmed menjadikan ia diberi gelar Al-Fath yang berarti sang penakhluk. Kini ia pun bergelar Sultan Muhammad Alfatih.

Kisah ini adalah salah satu yang dimuat dari buku Sultan Muhamamd Alfatih 1453 yang ditulis oleh Felix Siauw. Itu adalah rahasia-rahasia kemenangan dan sosok yang luar biasa dan luhurnya dari Mehmed II. Kualitas insan yang begitu baik dan ketatannya menjadikan contoh suri tauladan bagi kita bersama untuk menjadi the next Alfatih masa kini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |