REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sabpri Piliang, Pengamat Timur Tengah
Negosiator cerdas, akan berpura-pura bodoh! Israel-Hamas, terus bermain 'watak', demi memperoleh 'posisional' yang paling menguntungkan. Hamas memahami karakter Israel, sementara Israel mengerti kekuatan, serta dukungan pasti AS terhadapnya. Pelanggaran apa pun, bagi Israel "nothing to lose"! Kapan pun mau, Israel boleh dan bisa melanggarnya.
Teori bernegosiasi yang baik, "berpura-pura-pura bodohlah (pretending to be stupid). Berpura-pura hanya sedikit lebih tahu dari lawan. Itu akan menguntungkan sebuah negosiasi. Israel acap melakukannya.
Pengejawantahan 20 poin "Prakarsa Trump", memang rumit. Pelanggaran, atau pura-pura bodoh Israel, menguntungkannya. Menggeser garis kuning ke dalam zona Hamas, itulah "pretending to be stupid" Israel.
Pembelahan Gaza, dengan Israel menguasai 52 persen (sebelah Barat), dan Hamas 48 persen (sebelah Timur), oleh Israel digeser menjadi 58 persen, hingga Hamas menyisakan 42 persen yang makin menyempit. Sekali lagi, ini "pretending to be stupid".
Tak ada sanksi, tak ada 'hardikan', karena Israel bersikap "pura-pura bodoh", sementara tanpa ampun Israel menyerang siapa pun yang mendekati "garis kuning". Batas zona Israel.
Jumaa Abu Hasi dan Fadi Abu Hasi, anak Gaza berusia sembilan dan 10 tahun harus meregang nyawa oleh tembakan rudal pesawat 'nirawak' Israel. Gencatan senjata yang ditengahi AS, tak punya arti bagi Israel.
"Garis Kuning", adalah garis maut. Siapa pun, termasuk Jumaa dan Fadi yang masih kanak-kanak, tak luput jadi sasaran. "The Guardian" ( 6 Desember 2025) menyebutkan, memang jumlah korban serangan Israel di Gaza telah turun secara signifikan.
Perbandingan, saat perang 2023-2025 (sebelum Prakarsa Trump), 'average' (rata-rata) 90 orang penduduk Gaza tewas per hari oleh serangan bom Israel. Kini, jumlah itu mengecil, tembakan Israel membunuh tujuh orang per hari. Kakak-adik Jumaa dan Fadil, contohnya.
Berasumsi mengamankan pertahanannya, merasa terancam, lalu menembak dengan rudal "dua keping" tubuh mungil, merupakan tindakan "pura-pura bodoh"?
Bertindak "pura-pura bodoh", Israel berupaya menekan Hamas untuk setuju melucuti senjata, yang pada satu titik 20 Prakarsa Trump dilanggarnya. Penarikan total Israel dari Gaza, dengan syarat setelah terjadi 'demiliterisasi dan melucuti senjata Hamas, dikhawatirkan akan dilanggar Israel. Setelah melucuti diri, Israel akan mencengkeram dan mengunci Gaza.
Hamas sangat berhati-hati dengan "pura-pura bodoh"nya Israel. Negosiator Hamas menolak keras perlucutan senjata, kecuali Israel mundur total dari Gaza, dan ada jaminan kuat kemerdekaan Palestina.
Negosiator Hamas, tahu bahwa 20 Prakarsa Trump tak boleh "meninabokkan" Palestina. Tekanan internasional yang menurun terhadap Israel, membahayakan perjuangan kemerdekaan Palestina, bila perlucutan senjata Hamas dipenuhi.
Negosiasi "win win" yang diminta Hamas, Israel mundur dari Gaza. Hamas menyerahkan senjatanya kepada otoritas Palestina yang disepakati memerintah Gaza, itu lebih realistis.
Alternatif ini, akan lebih membuka peluang agar, "Prakarsa Trump", bisa segera masuk ke 'Fase-2" perdamaian Hamas-Israel. Menyerahkan persenjataannya kepada Otoritas Palestina, atau memindahkannya ke tempat penyimpanan yang aman di bawah pengawasan, bisa menjadi opsi memperlunak Hamas. Turki dan Qatar (penengah) setuju?
Tentu dengan catatan, dibarengi Israel mundur ke garis sebelum 7 Oktober 2023 (sebelum serangan Hamas)."Yedioth Ahronoth" (6 Desember 2025), mensinyalir ini akan menjadi pembahasan Donald Trump-Benyamin Netanyahu akhir tahun ini.

2 hours ago
3







































