Genosida di Palestina dan Ketidakberdayaan Dunia

42 minutes ago 1

Para pelayat menghadiri pemakaman warga Palestina yang syahid dalam serangan militer Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza, Kamis, 4 Desember 2025.

Oleh : Pipip A Rifai Hasan, PhD, pengajar di Program Magister Studi Islam dan Ketua Paramadina Institute of Ethics and Civilization (PIEC), Universitas Paramadina Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pengakuan 157 dari 193 negara anggota PBB terhadap Palestina sebagai negara berdaulat dan penandatanganan penghentian genosida di Gaza tanggal 13 Oktober yang lalu ternyata tidak menghentikan pembantaian dan kekerasan di Gaza dan Tepi Barat.  

Menurut laporan PBB dan media, lebih dari 350 warga Palestina telah wafat di Gaza sejak gencatan senjata berlaku di samping jumlah korban jiwa yang sangat besar sebelumnya.

Di Tepi Barat, pola penggerebekan, perampasan, pembunuhan, dan pembongkaran rumah terus berlanjut.

Warga sipil Palestina termasuk remaja dan anak-anak wafat dalam keadaan mengkhawatirkan.

Kekerasan oleh pemukim Zionis bersenjata didukung oleh militer Israel di Tepi Barat termasuk pembakaran, perusakan properti, penyerangan, dan intimidasi terhadap penduduk desa telah melonjak, terutama selama musim panen, yang berkontribusi pada meluasnya ketakutan dan pengungsian di antara warga Palestina.

Secara keseluruhan, banyak lembaga pengawas dan pengamat menganggap Tepi Barat "sama parahnyanya atau bahkan lebih buruk" daripada kondisi Gaza saat ini, dalam hal ketidakamanan, kehancuran, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi setiap hari.

Namun kini kita menyaksikan peningkatan kesadaran baru politik dan moral global. Persepsi publik Amerika Serikat (AS) tentang pendudukan Palestina oleh Israel mulai berubah.

Partai Demokrat sedang mengalami perpecahan internal yang signifikan, didorong oleh pergeseran besar opini publik di antara para pendukungnya mengenai berbagai aksi Israel, termasuk genosida.

Perpecahan ini terutama terjadi di sepanjang garis ideologis dan generasi, dengan basis progresif dan lebih muda semakin berselisih dengan kepemimpinan lama (old guard) partai yang secara otomatis menyamakan begitu saja kepentingan Israel dengan AS.

Read Entire Article
Politics | | | |