Hari Asyura di Mata Penganut Syiah

7 hours ago 3

loading...

Hari Asyura atau 10 Muharram, bagi kalangan dan penganut Syiah, memperoleh kedudukan yang sangat sakral dan memiliki nilai historis yang tak terlupakan., karena terkait tragedi Karbala. Foto ilustrasi/ist

Hari Asyura atau 10 Muharram, bagi kalangan dan penganut Syiah, memperoleh kedudukan yang sangat sakral dan memiliki nilai historis yang tak terlupakan. Hal ini disebabkan karena cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Husain bin Ali bin Abi Thalib wafat terbunuh pada hari tersebut.

Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag dalam karya tulisnya berjudul "Asyura: Antara Doktrin, Historis dan Antropologis Perspektif Dakwah Pencerahan" menjelaskan setelah Yazid dibaiat sebagai Amirul Mukminin (khalifah) di Syam, Husain diajak oleh kelompok Yazid untuk turut membaiat Yazid. Akan tetapi Husain menolak, dan beliau segera meninggalkan Madinah menuju Makkah .

Ketika penduduk Kufah (Irak) yang mendengar sikap Husain terhadap Yazid, mereka langsung mengirim berbagai surat kepada Husain. Ada lebih dari 500 surat yang diterima Husain. Inti dari isi surat itu ada 3 hal, yakni: penduduk Kufah tidak membaiat Yazid. Kedua, penduduk Kufah hanya mau taat jika Husain dan keluarga Ali sebagai khalifah. Ketiga, mengundang Husain untuk datang ke Kufah agar bisa dibaiat.

Untuk menyelidiki kebenaran ini, Husain mengirim Muslim bin Aqil (sepupu Husain) agar memeriksa keadaan di Kufah yang sebenarnya. Sesampainya Muslim bin Aqil tiba di Kufah, dia singgah di rumah Hani bin Urwah.

Di rumah ini, banyak penduduk Kufah yang membaiat Husain melalui perwakilan Muslim bin Aqil. Merasa bahwa penduduk Kufah telah loyal terhadap Husain, Muslim mengirim surat kepada Husain, agar segera datang ke Kufah, karena semua telah disiapkan.

Berita tentang sikap penduduk Kufah tersebut didengar oleh Yazid. Ketika itu, Kufah termasuk daerah kekuasaan Bani Umaiyah dengan gubernur Nu’man bin Basyir ra., salah satu sahabat terpercaya Nabi SAW. Namun karena Nu’man tidak perhatian dengan kejadian baiat Husain di Kufah, beliau dinon-aktifkan dan wilayah Kufah diserahkan kepada Ubaidillah bin Ziyad, yang ketika itu menjadi gubernur Bashrah. Sehingga Ubaidillah memegang kekuasaan dua wilayah, Bashrah dan Kufah.

Ubaidullah menemui Hani’ bin Urwah dan menanyakannya tentang gejolak di Kufah. Ubaidullah ingin mendengar sendiri penjelasan langsung dari Hani’ bin Urwah. Namun Hani’ tidak mau mengaku, hingga dia dipenjara. Mendengar kabar bahwa Ubaidullah memenjarakan Hani’ bin Urwah, Muslim bin Aqil datang bersama 4000 orang Syiah (pembela) Husain yang membaiatnya dan mengepung istana Ubaidullah bin Ziyad. Peristiwa ini terjadi siang hari.

Ubaidullah bin Ziyad merespon pengepungan Muslim bin Aqil dengan mengancam akan mendatangkan sejumlah pasukan dari Syam. Ternyata gertakan Ubaidullah membuat takut para pembela Husein ini. Mereka pun berkhianat dan berlari meninggalkan Muslim bin Aqil hingga tersisa 30 orang saja yang bersama Muslim bin Aqil, dan ketika matahari terbenam pada hari itu, hanya tersisa Muslim bin Aqil seorang diri.

Read Entire Article
Politics | | | |