Home > Lingkungan Tuesday, 22 Apr 2025, 19:29 WIB
Hari Bumi bukanlah seremoni tahunan. Bagi rakyat Sumsel, ini adalah momentum konsolidasi melawan ketimpangan struktural yang merampas tanah, air, udara, dan masa depan.

KINGDOMSRIWIJAYA, Palembang – Aktivis lingkungan dan aktivis mahasiswa, Selasa (22/5) bersama-sama memperingati Hari Bumi 2025. Puluhan aktivis melakukan aksi long march dengan menyusuri Jalan Merdeka dan melewati kantor Wali Kota Palembang sampai ke Kambang Iwak Park.
Mereka berasal dari beberapa LSM, di antaranya dari Walhi Sumsel, Rotan, Masopala Unsri, Himpala Dharmapala Chakti, Solidaritas Perempuan Palembang, Women Crisis Center Palembang (WCC), Himasylva UMP, BEM FE Unsri, BEM Fisip Unsri, Benah Palembang, Green Heroes Sriwijaya, Suara Mentari, dan Rumah Relawan Peduli.
“Pada peringatan hari bumi 2025 kami menyuarakan perlawanan atas darurat ekologis yang semakin nyata dengan kegiatan selain pawai longmarch bola bumi, pasar gratis, pembagian bibit pohon dan pickup sampah”, kata Febrian Putra Sopah, Kadiv Kampanye Walhi Sumsel.
Menurut Yuliusman Direktur Eksekutif Daerah Walhi Sumsel, aksi Hari Bumi 2025 menandai akumulasi dari bencana ekologis yang bukan lagi sekadar peristiwa alam, melainkan hasil langsung dari kebijakan yang timpang dan perampasan ruang hidup oleh korporasi tambang, sawit, dan hutan tanaman industri.
“Kami menyatakan, Hari Bumi bukanlah seremoni tahunan. Bagi rakyat Sumsel, ini adalah momentum konsolidasi melawan ketimpangan struktural yang merampas tanah, air, udara, dan masa depan. Jika lahan terus dikapling untuk tambang dan sawit, jika rawa dan hutan terus dimusnahkan, maka banjir, kebakaran, dan penderitaan rakyat Sumatera Selatan akan menjadi keniscayaan. Sudah saatnya berpihak pada bumi dan rakyat, bukan pada modal dan kehancuran”, kata Yuliusman.
Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA