REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kesaksian langka datang dari Dr dr Ani Hasibuan, salah satu dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSCM saat tragedi Mei 1998 berlangsung.
Narasi yang selama ini berkembang mengenai adanya korban pemerkosaan massal selama kerusuhan '98 dibantah tegas oleh Ani Hasibuan. Dia menegaskan bahwa keterlibatan TNI saat itu justru berperan menenangkan situasi.
“Saya bertugas langsung di IGD dan turut membantu proses identifikasi jenazah korban kerusuhan. Sebagian besar adalah korban kebakaran, bahkan dalam kondisi terbakar parah hingga gosong, bukan korban pemerkosaan seperti yang selama ini diberitakan,” ujar dr Ani, kepada media di Jakarta, Rabu (9/7/2025).
Dokter spesialis saraf yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta ini mengatakan, saat itu dirinya bersama rekan-rekan dokter koas dan forensik diperintahkan membantu proses identifikasi jenazah yang dikirim ke RSCM.
Dia menuturkan, lokasi penuh hingga area parkir forensik digunakan untuk menampung korban. Jenazah terbakar itu, menurut informasi yang dia terima, berasal dari kebakaran di beberapa mal di kawasan Ciledug dan Jakarta Barat.
“Semua korban yang kami tangani adalah korban kebakaran, tidak pernah ada laporan medis atau temuan forensik mengenai tanda-tanda kekerasan seksual. Saya bisa pastikan itu,” ujar dia.
Lebih lanjut, Ani yang saat itu berusia 24 tahun, juga menjadi saksi mata bagaimana aparat TNI, khususnya dari Korps Marinir, membantu meredam emosi massa yang nyaris membakar showroom kendaraan di kawasan Salemba.
“Saya ingat betul, mobil-mobil di showroom itu sudah diseret keluar. Tapi tiba-tiba datang sekelompok tentara dengan baret ungu, belakangan saya tahu mereka marinir yang kemudian mengajak warga bernyanyi bersama. Ajaibnya, massa jadi tenang dan batal membakar mobil,” kenangnya.
BACA JUGA: Personel Jauh Lebih Sedikit Dibandingkan Tentara Israel, Mengapa Pejuang Gaza Bisa Bertahan?
Ani juga menyebut nama Mayjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, yang kala itu muncul dari kendaraan lapis baja di sekitar FKUI Salemba dan memimpin pengamanan Ibukota saat itu.
“Saya ingat beliau menyebut namanya melalui pengeras suara. Suaranya tegas tapi menenangkan. Beliau dan pasukannya membuat kami bisa kembali merasa aman,” ujarnya.
sumber : Antara