Ketika Anak Tumbuh Bersama dengan Traumanya

3 hours ago 1

Image fiorensa awafi setiawan

Eduaksi | 2025-05-05 18:47:31

sumber: https://amanat.id/

Anak-anak yang tumbuh dari keluarga broken home sering merasakan luka batin yang mendalam. Bahkan, beberapa orang mengira bahwa masalah nya hanya soal tinggal sama salah satu orang tua mereka, padahal, hal yang paling berat yang mereka alamin adalah luka mental mereka yang tak terlihat namun menetap dan akan selalu ada sampai ia dewasa.

Dalam kehidupan keluarga pada masa kini yang penuh tantangan, perhatian terhadap kesehatan mental anak menjadi sangat penting. Anak tidak sekadar menjadi pihak yang harus di arahkan, melainkan pribadi yang merespons situasi di sekitarnya secara emosional dan psikologis. Ketika anak dibesarkan dalam kondisi seperti perceraian atau pola asuh yang tidak sehat, dampaknya tidak hanya melukai sisi emosional mereka, tetapi juga memengaruhi cara orang tua menjalankan peran pengasuhan secara keseluruhan dalam keluarga.

Gangguan pada kesehatan mental anak sering kali terlihat dari perilaku seperti menarik diri dari lingkungan, merasakan khawatir secara berlebihan, mudah emosional, hingga mengalami kesulitan dalam menjalin relasi sosial. Dalam keadaan yang seperti ini, semestinya orang tua harus berperan penting sebagai sumber rasa aman dan menyeimbangi emosi pada anak.

Terkadang kita lupa kalau anak-anak juga bisa merasa patah, Memang kadang luka hebat tercipta dari tempat yang kita sebut “rumah”. Mereka tak pernah meminta hidup yang sempurna yang mereka harapkan hanya ingin di mengerti, di fahami dan di dengar. Anak dari keluarga yang tak utuh itu bukan hanya kehilangan rumah tetapi juga kehilangan arah.

Ada tiga aspek utama yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendukung kesehatan mental anak, seperti: kemampuan untuk bersikap empatik secara konsisten atau terus menerus, membangun komunikasi yang baik terhadap anak, serta kesiapan untuk melakukan perubahan diri. Jika ketiganya dijalankan secara seimbang, hubungan antara orang tua dan anak dapat tumbuh dengan sehat, meskipun harus melalui situasi yang penuh tantangan.

penutup, tanggung jawab orang tua tidak cukup hanya dengan mencukupi kebutuhan fisik anak. Di tengah berbagai tantangan seperti perceraian dan pola pengasuhan yang tidak sehat, menjaga kesehatan mental anak seharusnya menjadi prioritas utama. Orang tua idealnya menjadi pelindung emosi anak tidak stabil, bukan justru menghakiminya dan menjadi sumber luka batin yang mendalam. Jika kondisi mental anak dijaga dengan baik sejak dini, maka mereka akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, dan mampu menghadapi berbagai situasi kehidupan di masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |