REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam sejarah Islam, ekstremisme tidak hanya muncul dari kelompok yang memusuhi kepemimpinan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu seperti kaum Khawarij, tetapi juga dari kelompok yang justru mengkultuskannya secara berlebihan.
Golongan yang kemudian dikenal sebagai kaum Rawafidh ini menyebarkan berbagai mitos tak masuk akal tentang Ali bin Abu Thalib, mulai dari kemampuan mengubah peredaran matahari hingga keyakinan bahwa ia merupakan penjelmaan Tuhan.
Dalam buku Imamul Muhtadin yang ditulis HMH Al-Hamid Al-Husaini, dijelaskan bahwa kaum Khawarij merupakan golongan yang sangat ekstrim membenci dan memusuhi Ali bin Abu Thalib, sebaliknya ada golongan lain yang mencintai dan mengkultuskannya secara berlebih-lebihan. Golongan ini yang dalam sejarah terkenal dengan nama kaum Rawafidh.
Keberadaan golongan Rawafidh tidak dapat bertahan lama di tengah kehidupan kaum muslimin, karena kepercayaan yang bukan-bukan mengenai peribadi Ali bin Abu Thalib tidak masuk di akal, dan sama sekali bertentangan dengan ajaran Islam.
Kaum Rawafidh pada umumnya terdiri dari orang-orang dungu dan tidak mampu berfikir.
Salah satu bentuk pengkultusan kaum Rawafidh kepada Ali bin Abu Thalib dapat dilihat dari cerita yang dituturkan oleh seorang dari mereka.
Seseorang dari kaum Rawafidh berkata, "Pada suatu hari Ali bin Abu Thalib bersama beberapa orang sahabatnya hendak menunaikan shalat Ashar, tetapi matahari sudah hampir terbenam. Ali bin Abu Thalib lalu berdoa sehingga matahari bergerak mundur kembali tepat seperti pada waktu Asar. Setelah shalat Ashar, matahari melaju cepat hingga dalam beberapa saat saja sudah terbenam."
Orang yang masih mempunyai sedikit nalar tentu dapat mengerti bahwa cerita semacam itu adalah khayalan yang dibuat-buat oleh orang yang tidak berakal sehat atau oleh orang yang memang menginginkan kerusakan umat Islam, baik dalam urusan ke dunianya maupun keakhiratannya. Sebab, bagaimana mungkin seorang manusia dapat menahan jalannya matahari atau memundurkannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ
Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa'iżā hum muẓlimūn(a).
Suatu tanda juga (atas kekuasaan Allah) bagi mereka adalah malam. Kami pisahkan siang dari (malam) itu. Maka, seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan. (QS Yasin Ayat 37)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i).
(Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS Yasin Ayat 38)

53 minutes ago
1













































