Mendikdasmen Siapkan Langkah Baru Pembinaan Olahraga Pelajar, Kolaborasi dengan Kemenpora dan Swasta

8 hours ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya pembinaan olahraga sejak usia dini melalui sistem pendidikan nasional yang baik. Mu’ti mengakui masih banyak tantangan yang harus dibereskan, mulai dari ketersediaan guru olahraga hingga penyelarasan jadwal kompetisi pelajar.

Hal itu ia sampaikan usai menjadi salah satu pembicara dalam sesi konferensi Indonesia Sports Summit di Indonesia Arena, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad (7/12/2025).

Mu’ti menjelaskan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam menyiapkan fondasi olahraga prestasi. Namun, sejumlah persoalan mendasar masih membayangi.

“Sekarang belum semua sekolah itu memiliki guru olahraga. Sehingga memang kita perlu untuk nanti memetakan berapa kekurangan kita. Karena olahraga ini sesuai dengan aturan, yang mengajar harus guru olahraga, yang dia memang lulusan olahraga,” ujarnya.

Selain kekurangan tenaga pendidik, ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi kendala besar. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas olahraga memadai. Karena itu, kementeriannya mendorong pola kemitraan antara sekolah dengan pihak luar, termasuk klub dan organisasi profesional. “Harus ada kemitraan antara sekolah dengan pihak-pihak di luar sekolah, terutama untuk olahraga prestasi,” kata Mu’ti.

Ia menyampaikan, beberapa sekolah sebenarnya telah menjalankan inovasi seperti kelas olahraga. Dalam skema ini, satu kelas khusus berisi siswa yang memang diarahkan untuk pembinaan cabang tertentu. “Olahraganya bisa dipilih cabang olahraga tertentu yang dia bisa bermitra dengan profesional di bidang olahraga yang dipilih oleh sekolah,” ucapnya. Program ini dinilai efektif untuk membuka ruang pengembangan bakat dan minat peserta didik.

Mu’ti juga menyinggung soal dualisme penyelenggaraan kejuaraan pelajar yang selama ini terbagi antara Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ia menilai tumpang tindih tersebut sering membuat agenda kompetisi menumpuk.

“Kami sudah ada pembicaraan awal dengan Pak Erick agar nanti kita bisa mungkin satu saja menyelenggarakan, apakah ke Menteri Dasmen atau ke Menteri Pemuda dan Olahraga, karena ini memang mengurangi kepadatan kegiatan yang kadang-kadang saling overlap,” katanya.

Menurutnya, pembahasan lanjutan sudah direncanakan bersama Menpora Erick Thohir serta berbagai pemangku kepentingan, termasuk penyelenggara liga pelajar. Kesepakatan mendasar akan dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) antar-kementerian.

Di sisi lain, Mu’ti menilai waktu pelaksanaan kompetisi pelajar perlu dikaji ulang. Selama ini banyak event digelar di masa sekolah aktif sehingga berpotensi mengganggu pembelajaran.

“Pengalaman di beberapa negara itu diselenggarakan pada masa libur sekolah sehingga mereka bisa banyak kegiatan yang mengisi hari libur itu dengan olahraga,” tuturnya. Namun, penyesuaian semacam itu harus disinkronkan dengan kalender akademik dan kurikulum.

Ia juga menilai pentingnya pemberian privilege atau dispensasi bagi siswa berprestasi agar pembinaan olahraga tidak bentrok dengan kewajiban belajar.

“Harus ada privilege atau mungkin dispensasi yang nanti diatur sedemikian rupa sehingga mereka tetap bisa mengikuti pelajaran, tapi pada saat yang sama juga dia tetap bisa mengikuti berbagai event olahraga,” katanya. Solusi berbasis pembelajaran daring menjadi salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan.

Mu’ti mencontohkan sejumlah kerja sama yang pernah berjalan, seperti program kelas olahraga yang bermitra dengan klub sepak bola lokal serta kolaborasi pendidikan–olahraga internasiona;. Ia mencontohkan program “kick and learn” bersama klub Portsmouth Inggris yang memadukan sepak bola, bahasa Inggris, dan kepemimpinan. Model seperti ini, katanya, bisa direplikasi ke berbagai cabang olahraga, termasuk melalui kemitraan dengan penyelenggara liga pelajar seperti DBL.

“Kami harus juga menyesuaikan jadwal akademik, kurikulum, dan menyinergikan program dengan Kemenpora dan dinas pendidikan di seluruh Indonesia,” kata Mu’ti, menegaskan kembali bahwa pembinaan olahraga usia dini membutuhkan ekosistem yang terkoordinasi dan berkelanjutan.

Read Entire Article
Politics | | | |