loading...
Menteri LH/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq dalam rangkaian World Cleanup Day 2025 di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Foto/Istimewa
JAKARTA - Krisis sampah tidak bisa lagi ditangani di hilir. Perubahan perilaku masyarakat untuk mengurangi sampah dari hulu adalah kunci keberhasilan Indonesia mencapai target pengurangan sampah nasional.
Hal itu disampaikan Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq dalam rangkaian World Cleanup Day 2025 yang dirayakan serentak di lebih dari 190 negara.
"Kita tidak bisa lagi menutup mata dengan adanya TPS liar. Pemerintah daerah harus tegas menertibkan dan masyarakat perlu sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Beban TPA sudah sangat berat, karena itu sampah harus dikurangi dari hulu," kata Hanif, Sabtu (20/9/2025).
Baca Juga: Jakarta Darurat Sampah, Menteri LH: Hasilkan Lebih dari 1.000 Ton/Hari
Hanif memimpin aksi bersih-bersih di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Kegiatan ini menjadi simbol ajakan konkret kepada pemerintah daerah, komunitas, dan masyarakat untuk bersama-sama memberantas keberadaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) liar yang membebani Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) serta mencemari lingkungan. Aksi ini sekaligus menjadi sarana peningkatan kapasitas publik dalam mengelola sampah.
"World Cleanup Day bukan hanya tentang memungut sampah sehari, tapi momentum membangun kesadaran kolektif dan kapasitas masyarakat untuk mengubah kebiasaan. Dari hal kecil seperti memilah sampah di rumah, dampaknya akan besar bagi keberlanjutan lingkungan," kata Hanif.
Hanig mengatakan, KLH/BPLH terus mendorong penerapan ekonomi sirkular, tanggung jawab produsen melalui Extended Producer Responsibility (EPR), serta pembatasan plastik sekali pakai. Disiplin mengelola sampah sejak dari rumah akan meringankan beban TPA, menciptakan lingkungan lebih sehat, sekaligus menghadirkan manfaat langsung bagi masyarakat.