loading...
Goldman Sachs meramalkan kemungkinan resesi AS semakin lebar, ketika tarif baru Presiden Donald Trump diperingatkan bakal menjadi tekanan buat sektor keuangan dan membebani investasi. Foto/Dok RT
JAKARTA - Goldman Sachs meramalkan kemungkinan resesi Amerika Serikat (AS) semakin lebar, ketika tarif baru Presiden Donald Trump diperingatkan bakal menjadi tekanan buat sektor keuangan dan membebani investasi. Bank Wall Street itu meningkatkan kemungkinan penurunan ekonomi Paman Sam -julukan AS- menyusul kenaikan tarif besar-besaran Donald Trump .
Dalam catatan penelitian berjudul 'US Daily: Countdown to Recession' yang dirilis awal pekan ini, Goldman meningkatkan kemungkinan penurunan ekonomi AS dalam 12 bulan ke depan menjadi 45%, naik dari 35% pada minggu sebelumnya. Goldman Sachs juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS di 2025 dari 1,0% menjadi 0,5%.
Revisi tersebut menyusul pengumuman Trump pada 2 April tentang tarif minimum 10% untuk semua impor AS dan bea "timbal balik" sebesar 11% hingga 50% yang menargetkan puluhan negara mitra dagang AS. Uni Eropa (UE) akan terkena tarif 20%, dan China mencapai 34% ketika kenaikan tarif impor mulai berlaku pada 9 April.
Aksi balasan dilakukan Beijing pada barang-barang AS, sementara negara-negara lain mengutuk langkah tersebut dan bersumpah untuk melakukan tindakan serupa. Di sisi lain tidak sedikit juga yang melakukan negosiasi demi mendapatkan sedikit keringanan dari AS.
"Kondisi keuangan diperketat lebih agresif dari apa yang kami prediksi sebagai tanggapan atas pengumuman Gedung Putih tentang tarif 'timbal balik' dan pengumuman pemerintah China tentang tarif pembalasan," kata analis Goldman dalam catatan tersebut.
Mereka menambahkan bahwa "pengetatan tajam dalam kondisi keuangan, boikot konsumen asing, dan lonjakan berkelanjutan dalam ketidakpastian kebijakan" menyusul pengumuman tarif Trump, maka "kemungkinan menekan belanja modal lebih dari yang kami asumsikan sebelumnya."
Goldman Sachs menerangkan, proyeksinya mengasumsikan AS mungkin membatalkan beberapa tarif setelah pembicaraan dengan mitra dagang minggu ini. Namun, "jika sebagian besar tarif tetap berlaku pada 9 April ... Kami memperkirakan proyeksi akan akan berubah menjadi resesi," tulis catatan itu memperingatkan.
Banyak ekonom lain juga mengeluarkan peringatan serupa, dan sejumlah bank investasi menaikkan perkiraan risiko resesi mereka minggu lalu. Seperti di antaranya, JPMorgan menempatkan kemungkinan resesi AS dan global sebesar 60%, dengan menyebut kebijakan tarif AS yang "mengganggu" sebagai "risiko terbesar terhadap prospek global sepanjang tahun."
Sedangkan miliarder Bill Ackman menggemakan peringatan itu dalam sebuah postingan di X pada hari Minggu, dengan mengatakan, tarif baru Trump sebagai "perang nuklir ekonomi" yang dapat "menghancurkan kepercayaan pada negara kita sebagai mitra dagang, sebagai tempat untuk berbisnis, dan sebagai pasar untuk menginvestasikan modal."
"Kita sedang menuju musim dingin nuklir ekonomi yang diinduksi sendiri, dan kita harus mulai meringkuk," kata investor kawakan tersebut.
(akr)