REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani optimistis Indonesia tetap mampu menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak perang tarif dunia. Sri menyampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menunda pemberlakuan tarif resiprokal selama 90 hari untuk negara-negara yang tidak melakukan retaliasi.
Namun, ucap Sri Mulyani, AS tetap menberlakukan tarif dasar 10 persen. Sri Mulyani mengatakan pemerintah Indonesia terus memonitor perkembangan terkini, termasuk potensi pelemahan ekonomi Cina akibat ketegangan dengan AS.
"Berdasarkan perkembangan tersebut, Indonesia akan terus meningkatkan kewaspadaannya di dalam menghadapi dinamika perekonomian global ini," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK II 2025 di Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Sri Mulyani menyampaikan pemerintah akan terus aktif melakukan mitigasi awal, termasuk melalui proses negosiasi dan komunikasi dengan Pemerintah AS. Berdasarkan instruksi Presiden Prabowo, lanjut Sri Mulyani, melanjutkan deregulasi, terutama dengan menghilangkan hambatan nontarif. Selain itu, pemerintah juga berupaya meningkatkan dan memperkuat permintaan domestik agar tetap terjaga melalui kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi dengan selaras.
"Indonesia diperkirakan dapat mengendalikan dampak negatif ketidakpastian global dan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan, serta memelihara momentum pertumbuhan ekonomi," ucap Menteri Keuangan tersebut.
Sri meyakini ekonomi Indonesia akan berpeluang untuk terus tumbuh secara berkesinambungan. Sri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 tetap positif di tengah ketidakpastian global.
"Konsumsi rumah tangga tetap baik yang didukung belanja pemerintah, terutama dalam bentuk pembayaran THR, belanja sosial, dan berbagai insentif lain yang diberikan pada tiga bulan pertama 2025 dan menjelang Idul Fitri," sambung Sri.
Selain itu, ucap Sri, keberlanjutan dari proyek-proyek strategis nasional di berbagai wilayah dan meningkatnya konstruksi properti swasta diperkirakan meningkatkan kinerja investasi. Sri mengatakan investasi swasta masih baik didukung keyakinan produsen yang terlihat pada aktivitas manufaktur Indonesia yang masih pada zona ekspansif.
"Investasi khususnya nonbangunan tetap menopang pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari meningkatnya impor barang modal, terutama impor alat-alat berat," lanjut Sri.
Sri menyebut kinerja ekspor juga positif ditopang ekspor nonmigas yang meningkat pada Maret 2025, terutama komoditas CPO, besi dan baja, serta mesin dan peralatan elektrik. Pemerintah, lanjut Sri, juga aktif menjajaki potensi perluasan ekspor produk-produk unggulan di pasar ASEAN, BRICS, dan Eropa di tengah kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan AS.
"Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan tetap akan mencapai sekitar lima persen," kata Sri Mulyani.