Selebgram Citayam Fashion Week (CFW) membawa tulisan berisi dukungan bagi pekerja dan pelaku UMKM konveksi di industri rumahan Sinergi Adv Nusantara, Jakarta, Rabu (30/4/2025). Kegiatan tersebut digelar sebagai bentuk dukungan terhadap pelaku UMKM khususnya dibidang tekstil dalam menghadapi gempuran produk impor juga mengajak masyarakat untuk menggunakan produk-produk lokal Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memandang, kesepakatan tarif baru antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat (AS) bagi produk ekspor nasional ke AS menjadi 19 persen dinilai sebagai suatu keuntungan. Terutama bagi industri padat karya untuk bisa memperluas pasar di Negeri Paman Sam.
“Penurunan signifikan tarif resiprokal tersebut menjadi langkah konkret yang akan membuka akses pasar lebih luas bagi produk ekspor Indonesia serta terus memperkuat posisi Indonesia di tengah kompetisi perdagangan global saat ini,” kata Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto dalam keterangannya, dikutip Sabtu (19/7/2025).
Haryo menerangkan, kesepakatan tarif yang dikenakan terhadap Indonesia tersebut juga menjadi yang terendah dibandingkan dengan sejumlah negara lainnya di kawasan. Sekaligus mencatatkan Indonesia sebagai negara pertama yang mencapai kesepakatan pasca diterbitkannya pernyataan resmi Presiden AS Donald Trump pada 7 Juli 2025 lalu.
Proses negosiasi sendiri telah dilakukan Pemerintah sejak April 2025 lalu melalui kunjungan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan tim negosiasi ke AS untuk bertemu sejumlah perwakilan Pemerintah AS. Upaya negosiasi pun baru-baru ini telah membuahkan hasil dengan penurunan tarif dari 32 persen menjadi 19 persen.
Upaya negosiasi atas tarif impor AS itu dinilai menjadi pencapaian strategis dalam memperkuat daya saing sektor padat karya nasional. Khususnya industri garmen dan alas kaki.
“Dengan kesepakatan tarif terbaru yang lebih rendah ini, peluang bagi sektor padat karya nasional untuk mendapatkan pasar tambahan ke AS akan kian kompetitif dibandingkan negara lain,” terangnya.
Pemerintah juga menilai kesepakatan penurunan tarif tersebut memberikan kepastian bagi dunia usaha dan berpeluang memberikan dampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja, mendukung relokasi industri ke Indonesia, yang pada akhirnya akan meningkatkan investasi.
Lebih lanjut, Haryo menerangkan, AS merupakan salah satu negara utama tujuan ekspor Indonesia, dan berada pada posisi kedua setelah China. Adapun, sektor padat karya Indonesia memiliki porsi yang cukup besar di pasar AS.