Wartawan Senior Arab Saudi Ini Samakan Ikhwanul Muslimin dengan Nazi Jerman

6 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH— Dalam sebuah artikel pada 25 April 2025, tokoh media Arab Saudi Mamdouh Al-Muhaini, Direktur Saluran televisi Al-Arabiya dan Al-Hadath, menyambut baik keputusan Yordania untuk melarang gerakan Ikhwanul Muslimin.

Menurut al-Muhaini, Ikhwanul Muslimin telah bertahun-tahun menghasut melawan negara Yordania dan menimbulkan keresahan di dalam kerajaan.

Namun, dia mencatat bahwa Ikhwanul Muslimin adalah sebuah ide, dan bahwa larangan hukum tidak pernah cukup untuk menghilangkan sebuah ide yang telah mengakar kuat di masyarakat.

Al-Muhaini berpendapat bahwa ada beberapa alasan mengapa Ikhwanul Muslimin dan ideologi ekstremisnya bertahan dan berkembang selama beberapa dekade.

Pertama, karena rezim-rezim gagal menghadapinya, dan justru menggunakannya untuk mendapatkan legitimasi agama dan memobilisasi rakyatnya untuk melawan lawan-lawan mereka.

Kedua, karena korupsi rezim dan salah urus ekonomi, yang menyebabkan kemiskinan, memungkinkan Ikhwanul Muslimin untuk menampilkan dirinya sebagai alternatif dan mendapatkan dukungan yang cukup besar di antara rakyat.

Dan ketiga, karena rezim-rezim tersebut gagal memerangi Ikhwanul Muslimin secara intelektual, tetapi membiarkannya mendominasi sistem pendidikan dan lembaga keagamaan dan mengubahnya menjadi alat untuk menyebarkan ekstremisme dan kebencian di masyarakat.

Namun, kata Al-Muhaini, ide-ide ekstremis dapat diperangi dan dihilangkan secara efektif - dengan mengalahkan mereka di semua lini sekaligus: keamanan, budaya, dan ekonomi.

BACA JUGA: Abbas Gembosi Pejuang Gaza yang Korbankan Jiwa Raga, Akhir Keruntuhan Otoritas Palestina?

Hal ini terbukti dari contoh Nazisme di Jerman setelah Perang Dunia II. Para pemenang tidak hanya mengalahkan Nazi secara militer dan melarang ideologi mereka, tetapi juga menghadirkan alternatif ekonomi dan budaya yang sukses yang membuat Nazisme menjadi usang.

Hal ini, menurutnya, "Persis seperti apa yang harus terjadi pada ideologi Ikhwanul Muslimin, yang telah bertahan lebih lama dari yang seharusnya."

Read Entire Article
Politics | | | |