10 Tahun Kemerdekaan Kebudayaan Indonesia 1945-1955

1 week ago 8
Portal Warta Live Sekarang Akurat Non Stop

Image Efri Jayanti Nst

Sejarah | 2025-04-23 14:14:20

Pada hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-10, majalah "Mimbar Budaya" diluncurkan. Arsip ini merenungkan perjalanan kebudayaan Indonesia sejak kemerdekaan. Penulisnya menekankan bahwa kebudayaan adalah hal yang kompleks, bukan hanya sekadar hiburan, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dan hasil karya manusia.

Selama 10 tahun kemerdekaan, semangat revolusi terasa di berbagai bidang, termasuk kebudayaan. Namun, tantangan tetap ada. Penulis menyoroti pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan landasan filosofis kebudayaan. Kemerdekaan kebudayaan memberikan kebebasan berekspresi, tetapi juga membawa pengalaman pahit dan manis. Arsip ini juga menyinggung tentang Kongres Kebudayaan Indonesia yang telah diadakan, mulai dari Magelang (1945) hingga Solo (1954).

Kongres-kongres ini membahas berbagai isu, seperti pentingnya kebudayaan daerah, munculnya berbagai aliran kebudayaan, dan upaya membentuk wadah organisasi kebudayaan nasional. Penulis menyimpulkan bahwa kemerdekaan kebudayaan Indonesia berarti:

1. Kebebasan kebudayaan daerah dari batasan tradisi lama.

2. Perwujudan kebudayaan dalam kesatuan Indonesia.

3. Perjuangan untuk mewujudkan kebudayaan yang positif.

kemudian diakhiri dengan harapan bahwa perjalanan kebudayaan Indonesia masih panjang dan penuh harapan untuk mencapai cita-cita. Kemudian di halaman selanjutnya berisikan pidato atau tulisan yang disampaikan oleh Soeharto, Ketua Umum K.N.P. (Kabudayaan Nasional Pancasila) pada tanggal 17 Agustus 1955, dalam rangka peringatan 10 tahun kemerdekaan Indonesia. Inti dari narasi ini adalah semangat perjuangan, pentingnya tindakan nyata, dan pembangunan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Isi pidatonya sebagai berikut:

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Hari ini, kita memperingati 10 tahun kemerdekaan Indonesia. Sebagai Ketua Umum K.N.P., saya mengajak kita semua untuk merenungkan makna kemerdekaan dan bagaimana kita harus mengisi kemerdekaan ini. Hidup ini adalah perjuangan. Kita harus terus bergerak dan berjuang untuk mencapai tujuan kita.

Dalam perjuangan, kita akan menghadapi berbagai rintangan dan cobaan. Namun, janganlah menyerah. Jadikan setiap kesulitan sebagai pelajaran untuk menjadi lebih kuat. Kemerdekaan adalah hak kita sebagai bangsa. Kita harus mempertahankannya dengan segenap jiwa dan raga. Jangan biarkan siapapun merampas kemerdekaan kita.

Setelah meraih kemerdekaan, tugas kita selanjutnya adalah membangun bangsa. Kita harus bekerja keras, bergotong royong, dan terus berupaya untuk mencapai kemajuan. Pembangunan harus dilakukan di segala bidang, mulai dari ekonomi, sosial, hingga budaya. Kita harus menghindari sikap berangan-angan tanpa tindakan. Kita harus membuktikan semangat kemerdekaan dengan tindakan nyata.

Mari kita bangun bangsa ini dengan semangat Pancasila, dengan semangat persatuan dan kesatuan. Kemerdekaan adalah milik kita. Mari kita jaga dan isi kemerdekaan ini dengan karya nyata. Pendidikan dan kebudayaan adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Kebudayaan adalah tujuan akhir, sementara pendidikan adalah alat untuk mencapainya. Kebudayaan bersifat universal dan milik semua orang, sedangkan pendidikan berperan penting dalam mencapai, melestarikan, menyebarkan, dan memperbaiki kebudayaan. Penulis mengkritik sistem pendidikan yang ada, terutama perbedaan antara sekolah umum dan sekolah keguruan, dan mengusulkan sistem yang lebih inklusif dengan kurikulum yang beragam.

Pendidikan nasional yang ideal harus komprehensif, mencakup pengembangan budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Pendidikan harus selaras dengan alam dan berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan. Keseimbangan antara pendidikan rohani dan jasmani sangat penting. Pengajaran nasional harus bertujuan membentuk manusia yang mandiri dan bermanfaat, dengan menggunakan bahasa sendiri, memberikan pengetahuan tentang berbagai bidang, dan menyesuaikan metode pengajaran dengan lingkungan. Guru dan orang tua memiliki peran krusial dalam pendidikan, dan pendidikan nasional adalah kunci kekuatan masyarakat. Pengaruh kolonialisme harus dihilangkan dari sistem pendidikan

Sumber:

No.1, Th.1, Pengurus Besar Kebudayaan Nasional Pancasila, 10 Tahun Kemerdekaan Kebudayaan Indonesia 1945- 1955, Mimbar Budaya, 17 Agustus 1955, hal. 1-5, URL: https://khastara.perpusnas.go.id/koleksidigital/detail/?catId=485111

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |