Admin Eviyanti
Pendidikan dan Literasi | 2025-05-21 14:07:35

Oleh Anisa Nur Indah Sari
Kawan Muslimah
Apa kabarnya hari ini, kawan! Semoga sehat, dan tetap semangat belajar. Kalian nyadar gak sih? Melihat perilaku teman kita semakin unik-unik saja kelakuannya. Iya gak sih!
Di zaman modern ini kelakuan remaja makin hancur, pergaulan bebas dimana-mana. Bahkan, kini sopan santun pun sudah seakan terlupakan. Adab terhadap orang tua, kini seperti cuman cerita rakyat yang sudah tak terlihat keasliannya.
Remaja yang lemah lembut, santun menjaga perkataannya, kini sudah tidak ditemukan. Mereka tidak memiiki adab kepada orang tua, guru, begitupun adab terhadap teman sebayanya pun tidak ada, miris banget kan?
Bahkan beberapa bulan lalu, mengutip dari berita media online. Pada bulan Oktober, dikabarkan ada karakter anak remaja laki-laki yang melawan guru nya. Hanya karena dirinya dinasehati oleh gurunya. Padahal, sudah sewajarnya guru menasihati muridnya. Jika memang, pasti ada kesalahan. Tapi mengapa anak remaja tersebut malah melawan dan tak sopan terhadap gurunya? pojoksatu.com (18/10/2024)
Meskipun kabarnya sudah tahun kemarin, faktanya hari ini pun masih banyak perilaku yang demikian.
Padahal guru itu pahlawan ilmu lho! Tanpa guru kita gak bakal dapet ilmu. Kita mau sepintar dan secerdas apapun kalo tanpa guru, bisa apa? Bahkan dalam Islam, guru adalah sosok mulia yang harus dihormati, dimuliakan, dan ditaati selama ia mengajarkan kebaikan. Adab terhadap guru itu sangat penting dalam menuntut ilmu, dan bisa menjadi jalan mendapatkan ilmu yang berkah.
Jelas sekali, bahwa Islam melarang umat-Nya memiliki akhlak yang buruk terhadap orang tua, guru maupun yang seusia. Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR Tirmidzi)
Hadis di atas, seolah unfaedah bagi remaja saat ini. Tak dihiraukan lagi kemuliaannya, itulah penyebab tidak beradabnya para pelajar terhadap guru. Meskipun banyak cara untuk memperbaiki akhlak remaja. Seperti rencana Bapak Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat. Beliau mengusulkan program pendidikan karakter. Mengumpulkan anak anak nakal di barak militer. Berharap dapat membantu sang anak berperilaku lebih positif.
Pro dan kontra sudah nyaring terdengar di telinga. Buktinya kelakuan remaja saat ini masih saja rusak. Adakah yang tahu, apa penyebabnya?
Jelas, semua ini lahir dari empat pilar kebebasan. Bebas berperilaku, berpendapat, beragama, kepemilikan. Semua ini berlindung di bawah sistem demokrasi dibarengi dengan sistem sekuler. Yang mana sistem demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat, sebebas-bebasnya. Paham sekuler, yaitu memisahkan agama dari kehidupan.
Nah! Dua sistem kapitalis sekuler inilah penyebab utamanya. Sehingga pelajar, para generasi muda lainnya, semua aktivitasnya agama tidak dilibatkan. Padahal, sesungguhnya agama itu adalah nasihat
Setelah paham, jadi sebenarnya apa yang dapat mengubah perilaku remaja saat ini?
Menciptakan lingkungan Islam yang baik, remaja perlu berada di lingkungan yang mendukung adab dan akhlaknya, seperti majelis kajian-kajian Islam membentuk sikap baik terhadap orang tua, guru, dan seusianya, serta memberikan teladan yang nyata dari orang tua, karena remaja sedang di fase mencari jati diri.
Sebab, mereka butuh dibimbing dan diarahkan. Pengalaman apa yang dilihatnya, menjadi pelajaran yang sangat penting. Begitupun tentang apa yang mereka dengar, telinganya lebih peka pada kebatilan. Maka, peran orang tua harus menunjukkan adab yang baik agar anak-anak dapat meniru perilaku positif tersebut.
InsyaAllah ketika sistem Islam kembali ditetapkan, kaum terpelajar akan menjaga adabnya, sebagai orang yang berilmu.
Wallahu'alam bisshawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.