Wakil Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Muhamad Ismail mengungkapkan, industri fintech syariah di Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk bisa melantai di BEI. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Muhamad Ismail mengungkapkan, industri financial technology (fintech) syariah di Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk bisa melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk tahun ini, AFSI tengah menggencarkan literasi mengenai Initial Public Offering (IPO) bagi perusahaan-perusahaan fintech syariah.
"Kita masih memberdayakan supaya fintech player-nya lebih tumbuh, naik secara fundamental, sehingga tahun ini fokus dan konsen AFSI masih lebih banyak di literasi," kata Ismail usai menghadiri acara Go Public Workshop 2025 bertajuk 'Navigating Indonesia's Market Needs & IPO Opportunities for Shariah Fintech' di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Sehingga, Ismail mengatakan, hingga kini AFSI belum memiliki angka target jumlah perusahaan fintech syariah yang bakal melantai di bursa pada tahun ini. Namun, menurutnya, dalam beberapa tahun ke depan, industri bakal siap untuk melangkah ke tahap IPO.
"Sense saya berkata kita mungkin masih butuh dua tahun lagi paling cepat untuk bisa mempersiapkan industri ini bisa lebih kuat secara volume dan fundamental untuk bisa masuk ke level berikutnya dengan melantai di bursa," ungkapnya.
Ismail menekankan, AFSI terus mendorong perusahaan-perusahaan fintech syariah di Indonesia untuk bisa terus berkembang, dan bisa terjun di pasar modal. Salah satunya melalui kerja sama dengan PT BEI berupa agenda Go Public Workshop yang digelar hari ini, Rabu (30/4/2025).
"Event hari ini adalah bagian dari program AFSI, kita memberikan pemberdayaan dan akses kepada teman-teman anggota untuk bisa melihat lebih dekat. Memfasilitasi mereka mengenai cara IPO, peluangnya seperti apa, tantangannya seperti apa, sehingga membuka wawasan mereka," ujar Ismail.