Avtur Berbasis Jelantah Jadi Andalan Indonesia Tekan Emisi Aviasi

2 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, BELEM — Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menegaskan bahwa pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) merupakan langkah strategis Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi sekaligus mengakselerasi ekonomi hijau. Menurutnya, SAF tidak hanya berfungsi menurunkan emisi, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang yang akan meningkatkan daya saing industri dan ketangguhan ekonomi nasional.

Eddy menyampaikan bahwa Indonesia menempatkan SAF sebagai salah satu pilar menuju target net zero emission (NZE) 2060. Pengembangan ini, katanya, memperkuat posisi Indonesia dalam transisi energi global tanpa mengabaikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

“Inisiatif ini sejalan dengan agenda besar Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, seiring tetap menjaga pertumbuhan ekonomi dan memperkuat rantai nilai nasional,” ujar anggota Komisi VII DPR RI itu dalam sesi talkshow bertema "Accelerating Sustainable Fueldi Paviliun Indonesia, COP30 Belém, Brasil, dikutip Kamis (13/11/2025).

Ia menekankan peran sentral Pertamina dalam pengembangan SAF berbasis minyak jelantah (UCO). Potensi bahan baku mencapai 715 kiloton per tahun, namun baru sekitar 20 hingga 30 persen yang terkumpul.

Eddy menilai, penguatan sistem pengumpulan dan pengolahan akan menjadikan SAF sebagai salah satu pilar ekonomi sirkular nasional.

“Visi kami adalah menjadikan Pertamina sebagai pemimpin regional dalam bahan bakar penerbangan berkelanjutan, yang mampu menguatkan ekonomi sekaligus memperkuat kepemimpinan lingkungan,” katanya.

Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kemenko IPK Odo R.M. Manuhutu mengatakan SAF berbasis minyak jelantah menjadi terobosan penting dalam dekarbonisasi sektor transportasi, yang masuk dalam tiga besar penyumbang emisi karbon nasional.

Pemerintah, ujarnya, tengah menyusun peta jalan SAF dengan target implementasi satu persen pada 2027.

“SAF berbasis jelantah memiliki keunggulan dari sisi pasokan dan jejak karbon yang lebih rendah,” ujarnya. Ia menambahkan, strategi ini akan diperkuat dengan pendanaan riset dan pengembangan sekitar satu persen dari pendapatan sektor transportasi maupun energi.

Pertamina menjadi sorotan pada COP30 melalui penampilan SAF berbasis minyak jelantah di Paviliun Indonesia. Setelah keberhasilan program mandatori biodiesel (B40), Pertamina kini memperluas fokus pada pengembangan bahan bakar penerbangan rendah karbon sebagai bagian dari ekosistem energi bersih nasional.

Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono menegaskan kesiapan perusahaan dalam mendukung agenda mitigasi perubahan iklim.

“Pertamina siap meningkatkan kapasitas produksi SAF sesuai mandatori yang ditetapkan,” jelas Agung.

Vice President Corporate Communication Pertamina Muhammad Baron menambahkan bahwa pengembangan SAF tidak hanya memperkuat ekonomi sirkular, tetapi juga membantu Indonesia memenuhi regulasi internasional CORSIA yang mewajibkan penggunaan bahan bakar berkelanjutan bagi maskapai.

“SAF menjadi bahan bakar aviasi masa depan yang membantu maskapai memenuhi target pengurangan emisi CO2 global,” ujar Baron.

Dengan strategi ini, Pertamina menegaskan perannya sebagai motor utama transisi energi nasional. Inisiatif SAF menjadi simbol kemandirian energi Indonesia di era ekonomi hijau sekaligus kontribusi konkret menuju NZE 2060.

Read Entire Article
Politics | | | |