REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta menegaskan pentingnya keseriusan pemerintah daerah dalam merawat dan menghidupkan kembali warisan sejarah Yogyakarta. Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto menilai Yogyakarta memiliki modal sejarah yang sangat besar sebagai pusat perjuangan bangsa, sehingga sudah semestinya dikelola secara serius melalui pembangunan museum, monumen, serta pusat riset sejarah yang representatif dan modern.
Menurut Eko, pengelolaan warisan sejarah tidak cukup hanya dengan menjaga bangunan atau benda bersejarah, tetapi harus dikembangkan menjadi ruang edukasi, riset, dan wisata yang mampu membangun kesadaran kolektif masyarakat, khususnya generasi muda, tentang perjuangan bangsa.
Ia menilai, Yogyakarta memiliki banyak peristiwa monumental yang layak diabadikan dan dikemas secara lebih sistematis dalam bentuk museum dan monumen perjuangan. Salah satu yang dicontohkan adalah Yogyakarta pernah menjadi pusat republik dan memainkan peran strategis dalam menjaga keberlangsungan negara pada masa-masa krusial setelah kemerdekaan.
"Di Jogja kan ada peristiwa sejarah yang sangat hebat yaitu pindah Ibu Kota dari Jakarta ke Jogja. Dan kemudian di sana Bung Karno dan Bung Hatta juga tinggal di Jogja difasilitasi, dibantu oleh rakyat Jogja, Keraton, Kadipaten yang itu menjaga kemerdekaan Republik Indonesia," katanya, Jumat (12/12/2025).
Yogyakarta, lanjutnya, juga memiliki sejarah penting saat awal berdirinya Republik Indonesia. Pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, dan tidak lama berselang, Yogyakarta menunjukkan sikap politik yang menentukan arah bangsa.
Tak hanya itu, Eko juga menyampaikan bahwa Yogyakarta punya sejarah yang tidak kalah hebat saat lahirnya kemerdekaan di mana pada saat Republik Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, pada tanggal 5 septembernya ada amanah Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mendeklarasikan bahwa Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat bergabung dengan NKRI.
Karenanya, Eko menekankan, peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut tidak boleh hanya menjadi catatan di buku pelajaran, tetapi perlu dihadirkan secara nyata melalui museum, monumen, dan pusat arsip yang diharapkan mampu dikelola dengan pendekatan kekinian. Dengan demikian, sejarah tidak hanya dikenang, tetapi juga dihidupkan dan diwariskan lintas generasi.
Warisan sejarah sebesar ini, menurut Eko, menuntut komitmen dan keseriusan Pemda DIY untuk mengembangkan museum sejarah yang tidak hanya berfungsi sebagai ruang penyimpanan artefak, tetapi juga sebagai pusat riset, edukasi publik, dan penguatan identitas kebangsaan. Dorongan agar Pemda DIY lebih serius menjaga dan mengelola warisan sejarah terus disampaikan. Museum dan monumen perjuangan dinilai menjadi sarana penting untuk menjaga ingatan kolektif bangsa serta memperkuat karakter Yogyakarta sebagai kota perjuangan.
"Living museum itu penting untuk menjaga ingatan sejarah," ucapnya.
Lebih jauh, Eko menilai perhatian terhadap literasi sejarah di Yogyakarta masih perlu ditingkatkan. Ia mengapresiasi upaya penyusunan naskah akademik Serangan Umum 1 Maret, namun menilai masih banyak aspek sejarah lain yang belum digarap secara maksimal.
"Pemda harus lebih fokus ," katanya.
"Harapan kita pemda DIY juga bisa lekas lari cepat untuk membangun monumen-monumen, museum-museum dari sisi yang perjuangan," ungkapnya.

8 hours ago
8












































