Pekerja beraktivitas di lokasi pembangunan gedung bertingkat di Kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (6/8/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai kenaikan impor pada periode Januari–September 2025, terutama dari kategori barang modal, menjadi sinyal positif bagi ekspansi industri dalam negeri.
“Impor barang modal sinyal adanya ekspansi industri,” ujar Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira Adhinegara, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Menurut Bhima, dampak dari peningkatan impor barang modal tersebut akan mulai terlihat dalam tiga hingga enam bulan ke depan melalui peningkatan kapasitas produksi di sektor manufaktur.
Ia menilai sejumlah sektor industri yang berpotensi besar memperluas kapasitas produksi adalah industri kimia, farmasi, serta besi dan baja. Untuk mendorong daya saing sektor tersebut, Bhima menilai pemerintah perlu memberikan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal.
“Perlu insentif pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk impor barang modal, insentif pajak bumi dan bangunan, serta pengurangan tarif listrik guna memacu utilitas,” katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia masih surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus kumulatif Januari–September 2025 mencapai 33,48 miliar dolar AS atau sekitar Rp558 triliun. Surplus tersebut berasal dari total ekspor sebesar 209,8 miliar dolar AS (Rp3,49 kuadriliun) dan impor sebesar 176,32 miliar dolar AS (Rp2,93 kuadriliun).
Impor pada periode tersebut naik 2,62 persen secara tahunan, dengan kontribusi terbesar dari impor barang modal yang meningkat 3,36 persen. Berdasarkan penggunaannya, impor terdiri atas bahan baku atau penolong senilai 124,4 miliar dolar AS, barang modal 35,9 miliar dolar AS, dan barang konsumsi 16,02 miliar dolar AS.
sumber : Antara

4 hours ago
5





































