Defisit Neraca Pembayaran Indonesia

1 hour ago 3

Oleh : Bagong Suyanto, Guru Besar Sosiologi Ekonomi FISIP Universitas Airlangga

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Defisit neraca pembayaran mulai memperlihatkan alarm peringatan bagi masa depan perkonomian Indonesia. Selama tiga triwulan beruntun, neraca pembayaran Indonedsia mencatat defisit. Bank Indonesia mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit sebesar 6,4 miliar dollar AS pada Kuartal III 2025.

Defisit NPI bertambah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mengalami defisit 600 juta dollar AS dan lebih rendah dari Kuartal II 2025 yang mengalami defisit 6,7 miliar dollar AS. Defisit ini terjadi karena transaksi modal dan finansial mencatatkan angka negatif, meskipun transaksi berjalan mengalami surplus. Transaksi berjalan surplus karena ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas. Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

Bank Indonesia sudah barang tentu akan terus mencermati perkembangan ekonomi global yang bisa memengaruhi prospek NPI. BI juga akan berusaha memperkuat bauran kebijakan, bekerja sama dengan pemerintah dan otoritas terkait demi menjaga ketahanan sektor eksternal. Sejauhmana upaya yang dikembangkan Bank Indonesia berhasil mencegah terjadinya defisit neraca pembayaran sudah tentu akan diuji waktu.

Defisit

Neraca pembayaran adalah catatan sistematis terkait transaksi ekonomi antara penduduk satu negara dengan negara lainnya dalam periode tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan defisit neraca pembayaran adalah kondisi di mana total transaksi debit (pengeluaran) suatu negara lebih besar daripada total transaksi kredit (penerimaan), sehingga menghasilkan defisit. Ini berarti negara lebih banyak mengeluarkan dana dan implikasinya negara tersebut mengalami ketergantungan impor barang dan jasa.

Sebuah negara yang mengalami defisit neraca pembayaran, bisa dipastikan pertumbuhan ekonominya akan terhambat. Pengalaman telah banyak membuktikan bahwa sektor keuangan yang lambat akibat defisit dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, defisit neraca pembayaran juga akan menyebabkan terjadinya ketergantungan pada impor dan modal asing yang berpotensi menciptakan kerentanan terhadap guncangan ekonomi global. Dampak dari defisit neraca pembayaran bukan tidak mungkin akan meningkatkan jumlah pengangguran, karena ketidakmampuan pelaku ekonominasional untuk bersaing akan beresiko menyebabkan perusahaan gulung tikar dan mengurangi lapangan kerja. Secara garis besar dampak terjadinya defisit neraca pembayaran adalah:

Pertama, dampak utama terjadinya defisit neraca pembayaran adalah penurunan cadangan devisa negara. Sebuah negara yang terus-menerus mengalami defisit neraca pembayaran niscaya resiko yang ditanggung adalah peningkatan biaya pinjaman luar negeri,  produsen dalam negeri kesulitan untuk bersaing, dan meningkatnya utang negara. Dalam banyak kasus, ketika terjadi defisit neraca pembayaran maka negara harus menggunakan cadangan devisa yang ada untuk membayar kelebihan impor atau kewajiban lain ke luar negeri.

Kedua, terjadinya pelemahan nilai tukar mata uang rupiah. Ketika arus masuk devisa lebih kecil dari arus keluar, maka cepat atau lambat akan membuat nilai mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing. Ini membuat barang impor menjadi lebih mahal. Di negara di mana indusri manufaktur masih dominan mengandalkan bahan baku impor, niscaya defisit neraca pembayaran akan menyebabkan biaya produksi naik, sehingga harga jual produk yang dihasilkan menjadi tidak kompetitif di pasar global. Sementara itu, untuk produsen dalam negeri mereka niscaya juga akan kesulitan bersaing dengan barang impor yang lebih murah, terutama karena mereka mungkin bergantung pada bahan baku impor yang harganya naik.

Ketiga, terjadinya peningkatan biaya pinjaman. Defisit yang berkelanjutan dapat membuat lembaga pemeringkat kredit menurunkan peringkat kredit suatu negara, yang berujung pada biaya pinjaman yang lebih tinggi di masa depan. Padahal, jika negara terus menerus mencetak uang untuk menutupi defisit atau bergantung pada pinjaman asing, maka otomatis beban utang luar negeri akan meningkat dan membebani.

Keempat, defisit neraca pembayaran juga dapat menyebabkan terjadinya inflasi, terutama jika tidak diimbangi dengan kebijakan moneter yang tepat. Melemahnya mata uang membuat harga bahan baku impor naik, sehingga harga barang produksi dalam negeri yang bergantung pada bahan baku tersebut juga ikut naik, yang ujung-ujungnya akan mendorong terjadinya inflasi.

Upaya Mengatasi

Untuk mengatasi defisit neraca pembayaran, harus diakui bukan hal yang mudah. Ketika impor terlalu berlebihan, sementara ekspor rendah, terjadinya defisit neraca pembayaran memang tidak terhindarkan. Untuk mencegah agar defisit yang terjadi tidak makin lebar, pemerintah tentu harus segera mengambil langkah-langkah taktis, seperti meningkatkan ekspor dan mengurangi impor, menstabilkan nilai tukar mata uang, serta mendorong investasi domestik dan asing.

Agar ekspor meningkat, pemerintah tentu tidak sekadar berusaha mempromosikan produk domestik di pasar internasional melalui diplomasi perdagangan, pameran, dan dukungan terhadap industri ekspor. Tetapi, yang tidak kalah penting adalah bagaimana menyiapkan agar para pelaku ekonomi nasional benar-benar tangguh dan memiliki daya saing yang kuat.

Banyak kajian menemukan bahwa pelaku ekonomi di tanah air umumnya hanyalah jago kandang. Mereka adalah pelaku ekonomi yang besar karena dukungan fasilitas dan kedekatan pada pusat-pusat kekuasaan. Ketika perekonomian nasional diserbu produk dari luar negeri dan kran impor benar-benar terbuka, maka kemampuan pelaku ekonomi nasional umumnya kedodoran.

Liberalisasi perdagangan mau tidak mau menempatkan pelaku ekonomi nasional dalam iklim kompetisi yang benar-benar ketat. Bagi pelaku ekonomi yang bersikeras mengandalkan dukungan dan akses pada kekuasaan, cepat atau lambat akan kolaps.

Agenda besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah bagaimana meningkatkan kapabilitas industri domestik. Dalam membangun dan memantapkan proses industrialisasi, Indonesia harus memperkuat sektor manufaktur, termasuk industri berteknologi tinggi, dapat menciptakan produk yang bisa menggantikan impor dan menjadi sumber pendapatan baru.

Tidak mungkin para pelaku ekonomi di tanah air mampu bersaing di pasar global bila tidak didukung dengan produk-produk yang inovatif.  Inovasi di sini berperan penting dalam meningkatkan daya saing produk domestik di pasar global. Tidak mungkin ekspor produk nasional meningkat, bila yang ditawarkan hanya produk itu-itu saja. Kunci mengurangi defisit neraca pembayaran adalah bagaimana memperkuat fondasi dan mengembangkan inovasi secara berkelanjutan. Tanpa ini, jangan harap defisit neraca pembayaran akan dapat dikurangi. Bagaimana pendapat anda?

Read Entire Article
Politics | | | |