Dinamika Karakter Hiroko dengan Teori Nurgiyantoro

6 hours ago 2

Image Muhammad Fajar Mulia

Sastra | 2025-05-21 15:07:08

Nh. Dini, yang memiliki nama lengkap Nurhayati Sri Hardini, adalah salah satu sastrawan perempuan terkemuka Indonesia yang lahir di Semarang pada 29 Februari 1936. Dikenal lewat karya-karya yang menyoroti kehidupan dan perjuangan perempuan, Nh. Dini telah menulis berbagai novel, cerpen, dan puisi yang banyak terinspirasi dari pengalaman hidupnya. Dengan gaya penulisan yang jujur dan lugas, ia kerap mengangkat tema kebebasan, pencarian jati diri, serta dinamika relasi perempuan dalam masyarakat patriarkal. Pengalaman pribadinya sebagai istri diplomat turut memperkaya latar dan karakter dalam karya-karyanya, menjadikan setiap tulisannya terasa hidup dan dekat dengan realitas. Salah satu novel penting yang memperkuat reputasi Nh. Dini adalah Namaku Hiroko, terbit pada tahun 1977.

Dalam novel Namaku Hiroko, Nh. Dini menghadirkan tokoh utama bernama Hiroko yang mengalami perkembangan watak yang signifikan sepanjang cerita. Teori Nurgiyantoro, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan perkembangan wataknya, yaitu tokoh statis dan tokoh dinamis (berkembang):

- Tokoh Statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan atau perkembangan watak sepanjang cerita, meskipun menghadapi berbagai peristiwa dan konflik.

- Tokoh Dinamis (Berkembang) adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan watak sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot dalam cerita.

Berdasarkan teori Nurgiyantoro tentang tokoh statis dan dinamis, Hiroko dalam novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini termasuk tokoh dinamis (berkembang). Hal ini terlihat dari transformasi psikologis, sosial, dan moral yang dialaminya sepanjang cerita, yang secara langsung dipengaruhi oleh konflik dan pengalaman hidup di kota.

Analisis Perkembangan Tokoh Hiroko

1. Awal Cerita: Kepasifan dan Kepatuhan pada Norma Desa

Hiroko digambarkan sebagai gadis desa yang polos, penurut, dan terikat pada nilai-nilai tradisional Jepang. Ia hidup dalam kemiskinan bersama keluarga petani dan tidak memiliki ambisi besar selain membantu orang tua. Sikapnya yang pasif ini tercermin dari ketiadaan perlawanan terhadap nasib maupun keterbatasan ekonomi keluarganya.

2. Transformasi di Kota: Kebebasan dan Otonomi Diri

Setelah pindah ke Kota, Hiroko mengalami perubahan drastis. Ia mulai menolak tunduk pada norma patriarki melalui serangkaian pilihan radikal: menjadi model, penari kabaret, hingga menjalin hubungan dengan pria yang sudah menikah. Peristiwa seperti pengalaman seksual pertamanya dengan adik majikan dan keputusannya untuk bekerja di klub malam menunjukkan pergeseran dari sikap pasif menjadi aktif dalam mengontrol hidupnya. Nurgiyantoro menegaskan bahwa tokoh dinamis adalah mereka yang "mengalami perubahan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa dalam cerita", dan Hiroko memenuhi kriteria ini melalui responnya terhadap tekanan lingkungan kota.

3. Kematangan Karakter: Penolakan terhadap Subordinasi Perempuan

Hiroko tidak hanya mandiri secara finansial tetapi juga berani menolak pernikahan. Ia menyatakan: "Aku tak perlu lelaki untuk menentukan nasibku". Perkembangan ini sesuai dengan teori Nurgiyantoro yang menyatakan bahwa tokoh berkembang "aktif berinteraksi dengan lingkungan sehingga wataknya berevolusi". Transformasi Hiroko dari objek yang diatur masyarakat menjadi subjek yang menentukan nasib sendiri membuktikan dinamika karakternya.

Perbandingan dengan Tokoh Statis

Menurut Nurgiyantoro, tokoh statis tidak mengalami perubahan esensial meskipun menghadapi konflik. Contohnya adalah Tomiko, teman Hiroko, yang tetap konsisten sebagai perempuan urban yang hedonis dari awal hingga akhir cerita. Sementara itu, Hiroko justru menunjukkan kompleksitas melalui konflik batin antara nilai desa-kota, tradisi-modernitas, dan kepatuhan-pemberontakan. Perubahan ini tidak hanya bersifat eksternal (pekerjaan, status) tetapi juga internal (sikap hidup, prinsip moral).

Hiroko merupakan tokoh dinamis menurut teori Nurgiyantoro karena perkembangan wataknya yang signifikan, dimotivasi oleh interaksi dengan lingkungan kota dan pilihan-pilihan kontroversial yang membentuk identitas barunya. Transformasi ini tidak linier-mulai dari ketaatan pada norma desa, eksplorasi kebebasan di kota, hingga kesadaran feminis-menjadikannya contoh literer tentang konstruksi identitas perempuan dalam tekanan sosial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |