Bendera sudut di Stadion Emirates jelang pertandingan sepak bola Liga Utama Inggris. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Klub Liga Primer Inggirs, Arsenal akan menghadapi gugatan hukum setelah memecat Mark Bonnick, seorang kitman, menyusul unggahan media sosial yang menyatakan solidaritas dengan Palestina. Bonnick, 61 tahun, yang telah mengabdikan lebih dari 20 tahun untuk klub tersebut, mengklaim bahwa ia dipecat bukan karena pelanggaran, tetapi karena mengungkapkan pandangan politik pribadi — khususnya penentangannya terhadap tindakan Israel di Gaza.
Gugatan yang diajukannya sebagai klaim pemecatan yang tidak adil, didukung oleh European Legal Support Centre (ELSC), sebuah kelompok yang membela hak-hak mereka yang menyuarakan pembebasan Palestina di seluruh Eropa. Dikenal atas litigasi strategis dan advokasi berprinsipnya, ELSC memiliki reputasi yang kuat dalam menegakkan kebebasan berbicara dan kebebasan sipil.
Di Inggris, lembaga ini menentang tindakan seperti definisi antisemitisme dari International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA) dan rancangan undang-undang anti-Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS). Keduanya dikritik karena membatasi ekspresi politik.
Menurut ELSC, pemecatan Bonnick terjadi menyusul kampanye kotor terkoordinasi oleh akun-akun X pro-Israel yang secara keliru menuduhnya Bonnick mengunggah konten antisemit. Padahal, Arsenal menyatakan tidak menemkan bukti atas tudihan seperti itu.
Keputusan banding klub tertanggal 14 Februari 2025 menyatakan: "Klub tidak pernah mengatakan bahwa unggahan Anda bersifat antisemit. [Pembuat keputusan pemecatan] tidak membuat temuan apa pun tentang itu dan saya juga tidak."
Namun, klub tetap kekeuh atas keputusan untuk memecat Bonnick. Arsenal belum menjelaskan pemecatan itu secara terbuka, tetapi dokumen internal yang dilihat oleh media menunjukkan bahwa klub menuduhnya "mempermalukan" klub melalui unggahan media sosialnya.
Menurut pengakuan Bonick, seorang perwakilan klub mengatakan kepadanya: "Komentar yang Anda buat di X dapat dianggap sebagai provokasi atau menyinggung... dan mempermalukan klub," yang melanggar kebijakan media sosialnya.
Klub tersebut juga mengklaim bahwa, meskipun diunggah dari akun pribadi, unggahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai milik Arsenal dan mencerminkan "kurangnya penilaian" yang telah "merusak kepercayaan yang tak dapat diperbaiki" antara dirinya, klub, dan komunitasnya.