REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XV Kementerian Kebudayaan RI menempuh jalur kreatif untuk melindungi warisan dunia Subak. Melalui peluncuran trilogi film Soma, lembaga ini berupaya mengabadikan sistem irigasi tradisional Bali yang kini menghadapi tantangan besar akibat alih fungsi lahan dan perubahan iklim.
"Film ini bisa dimanfaatkan sebagai wahana pelestarian kebudayaan untuk generasi selanjutnya," kata Kepala BPK Wilayah XV Kuswanto di sela peluncuran film trilogi Soma di Petitenget, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (23/12/2025).
Ia menjelaskan Subak diangkat ke dalam film, memaknai Organisasi PBB bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (Unesco) pada 2012 menetapkan Subak sebagai warisan budaya dunia. Kuswanto menilai di dalam Subak ada komponen cagar budaya, di antaranya pura atau tempat suci Hindu dan objek kebudayaan berupa kegiatan ritual yang menyertai keberadaan Subak.
"Sehingga, kami berusaha mendokumentasikan proses kebudayaan yang ada di Subak menjadi film. Budaya Subak kami lestarikan melalui film," kata dia.
Menurut dia, film pendek tersebut diproduksi tiga tahun lalu yang menghasilkan tiga babak atau episode menjadi sebuah trilogi, yakni "Muasal", "Persimpangan", dan "Sangkan". Trilogi cerita itu mengadaptasi kearifan lokal masyarakat Bali, yakni Tri Hita Karana atau tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan sesama manusia.
Adapun tokoh sentral dari trilogi itu adalah Nyoman Soma, pemuda dari keluarga petani dengan latar belakang Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali. Kisah ini menjadi sekelumit contoh dari generasi muda Pulau Dewata saat ini yang ingin mencari jati diri, menjalankan keberlanjutan tradisi atau kehidupan modernitas dengan dinamika di dalamnya.
Kemudian, kisah Soma dihadapkan pada hiruk pikuk dunia di persimpangan hingga tiba pada puncak cerita Sangkan yang menekankan harmoni sejati yang menyatukan alam, manusia dan Tuhan dalam satu kesadaran hidup. Tokoh Soma diperankan oleh pemuda asal Bali, Dewa Gede Aditya Dharma yang beradu peran salah satunya dengan Dessy Novita sebagai Agni.
Kuswanto merupakan produser eksekutif dan penyutradaraan dilaksanakan oleh tim kerja kemitraan BPK Wilayah XV. "Film ini juga penting untuk pelestarian budaya karena bisa digunakan untuk promosi, sosialisasi kepada masyarakat, dan pendidikan ke sekolah," ujarnya.
sumber : Antara

2 hours ago
3












































