Gelombang PHK Kedua Terjang Nissan: 20.000 Pekerja Terancam, Sang Raksasa Otomotif Jepang Berjuang Hidup

4 hours ago 2

loading...

Tak tanggung-tanggung, Nissan akan merumahkan 11.000 pekerja tambahan, meningkatkan total pengurangan tenaga kerja menjadi sekitar 20.000 jiwa. Foto: Reuters

JEPANG - Kabar buruk menghantam raksasa otomotif Jepang, Nissan. Setelah melalui tahun yang penuh gejolak dan berjuang keras untuk membalikkan keadaan, perusahaan mengumumkan langkah pemangkasan baru hingga ke sumsum.

Tak tanggung-tanggung, Nissan akan merumahkan 11.000 pekerja tambahan, meningkatkan total pengurangan tenaga kerja menjadi sekitar 20.000 jiwa. Sebuah gelombang PHK kedua yang memperdalam krisis di tubuh perusahaan.

Keputusan pahit ini menambah daftar panjang kesulitan yang dihadapi Nissan. Sebelumnya, mereka telah mengumumkan rencana untuk menghilangkan 9.000 posisi. Kini, dengan penambahan yang signifikan ini, masa depan sekitar 15 persen dari total karyawan Nissan menggantung di ujung tanduk.

Kondisi finansial Nissan memang tengah seret. Laba operasional perusahaan lenyap pada tahun fiskal yang baru saja berakhir. Dalam 12 bulan hingga Maret, laba operasional Nissan hanya mencapai 69,8 miliar yen (sekitar USD472 juta), merosot tajam sebesar 88 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sebuah penurunan drastis yang menjadi sinyal bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Sejumlah faktor menjadi penyebab keterpurukan Nissan. Penjualan yang melemah secara signifikan di pasar utama Amerika Serikat dan China menjadi pukulan telak. Selain itu, pembicaraan merger dengan rival senegaranya, Honda (HMC), juga kandas di tengah jalan, semakin memperburuk situasi.

Seperti para pesaingnya, Nissan juga terhimpit oleh tarif impor AS dan terancam oleh kebangkitan pesat produsen kendaraan listrik China di pasar Asia Tenggara dan wilayah lainnya.

CEO Nissan yang baru, Ivan Espinosa, kini memikul tugas berat untuk membalikkan keadaan perusahaan yang nilai mereknya, yang dulunya begitu perkasa, kini terkikis habis.

“Hasil ini adalah sebuah peringatan keras," ujarnya dalam konferensi pers, mengakui betapa seriusnya situasi yang dihadapi Nissan. Namun, pemulihan instan tampaknya mustahil. Kepala Keuangan (CFO) Jeremie Papin bahkan memprediksi kerugian operasional sebesar 200 miliar yen pada kuartal pertama tahun ini. Sebuah proyeksi suram yang menambah tekanan pada upaya pemulihan.

 20.000 Pekerja Terancam, Sang Raksasa Otomotif Jepang Berjuang Hidup

Para analis menilai bahwa kondisi Nissan saat ini adalah hasil dari strategi bertahun-tahun di bawah mantan CEO Carlos Ghosn, yang terlalu fokus pada volume penjualan dan menggunakan diskon besar-besaran. Strategi ini meninggalkan Nissan dengan jajaran produk yang menua dan kurang kompetitif.

Espinosa menekankan bahwa Nissan harus memprioritaskan perbaikan diri dengan urgensi dan kecepatan yang lebih tinggi, serta bertujuan untuk mencapai profitabilitas dengan mengurangi ketergantungan pada volume penjualan.

Read Entire Article
Politics | | | |