Oleh : Hari Eko Purwanto, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP – Universitas Muhammadiyah Jakarta, Petugas Haji Indonesia 1445 H
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pada sebuah pagi yang terik di Aziziyah, Makkah, seorang petugas PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Arab Saudi dengan sabar menuntun kursi roda seorang jamaah lansia menuju area ibadah. Dukungan tulus petugas itu bukan sekadar pelayanan fisik, tetapi juga wujud komitmen penuh nilai kemanusiaan dan dakwah Indonesia; hablum minallah wa hablum minannas.
Detik-detik keikhlasan melayani ini menjadi narasi awal yang menguatkan esensi “dakwah tanpa batas” di tengah arus komunikasi global jamaah haji. Petugas haji itu tak hanya bertugas memastikan ibadah berjalan lancar, tetapi juga menebarkan cinta dan persaudaraan di antara sesama jamaah. Setiap senyuman dan sentuhan tangan penuh kasih itulah pesan dakwah yang tak membutuhkan kata.
Pelayanan lansia menjadi bukti nyata komitmen tersebut. Pada musim haji 1446 H/2025 M, Indonesia memberangkatkan 221.000 jemaah, termasuk 47.384 lansia berusia 65 - 100+ tahun dan 513 penyandang disabilitas (www.haji.kemenag.go.id). Untuk melayani kelompok rentan itu, PPIH Arab Saudi menyiapkan 183 petugas pendamping di tiga area utama: Makkah, Madinah, dan asrama embarkasi.
Sejumlah tantangan muncul: beberapa lansia tidak bisa berbahasa Indonesia dan ada yang memerlukan perawatan pribadi (misalnya mandi atau ganti popok). Namun demi kenyamanan jamaah, setiap sektor penerbangan disiapkan 20 kursi roda dan setiap hotel transit 5 unit, lengkap dengan layanan dorong gratis bagi lansia menjalani umrah wajib. Bahkan biaya pendorongan kursi roda resmi di Masjidil Haram (250 SAR) sepenuhnya ditanggung pemerintah.
Meskipun rasio lansia:petugas hanya 259:1, petugas haji berupaya keras memaksimalkan pelayanan. Lebih dari 28 petugas kompak membantu mendorong kursi roda lansia hingga duduk aman di dalam bus, membuktikan bahwa layanan haji adalah bagian dari dakwah nyata yang menyentuh hati.
Pusat Informasi dan Koordinasi Terpadu
Penguatan komunikasi haji 2025 juga ditunjukkan melalui infrastruktur digital. Kementerian Agama meluncurkan Hajj Command Center (HCC) sebagai pusat kendali data dan informasi operasional haji. HCC mengintegrasikan berbagai data penting: data jemaah, pelunasan biaya, kuota haji, hingga pergerakan kloter dari Indonesia ke Arab Saudi, serta perencanaan kepulangan jamaah. Fasilitas ini mencakup kanal pengaduan seperti Kawal Haji dan call center, sehingga setiap laporan masalah dapat terkoordinasi dengan cepat. Bahkan, HCC menyediakan data kesehatan jemaah dan informasi mengenai kasus kematian yang terjadi, sehingga memudahkan penanganan darurat di Tanah Suci.
Kehadiran HCC sekaligus menandai babak baru pengelolaan data haji, menggantikan sistem lama SISKOHAT yang telah digunakan selama 30 tahun. Transformasi dari SISKOHAT menuju pusat data real-time ini menjadi langkah strategis agar pengambilan keputusan dapat berlangsung lebih cepat, efisien, dan akurat di tengah dinamika penyelenggaraan haji yang semakin kompleks. Dukungan teknologi canggih ini turut memperkuat pelayanan dan dakwah yang semakin responsif terhadap kebutuhan jamaah di era digital.
Seiring HCC, hadir pula aplikasi Satu Haji, hasil integrasi Haji Pintar dan Umrah Cerdas menjadi sistem informasi terpadu berbasis ponsel. Satu Haji memudahkan calon jamaah mengakses layanan haji secara online. Fitur-fiturnya meliputi pendaftaran elektronik, pelunasan biaya, jadwal keberangkatan, panduan manasik, hingga layanan umrah bagi masyarakat luas. Aplikasi ini juga memuat konten edukatif: informasi kesehatan haji, tata cara ibadah, dan aturan terbaru. Lewat satu platform ini, calon jamaah dapat memperoleh informasi resmi dan melakukan pendaftaran maupun pengaduan dengan mudah, sesuai imbauan Menag agar semua pihak “satu suara” menyampaikan informasi haji.
Jamaah Haji sebagai Duta Dakwah Digital Indonesia
Di era media sosial, setiap jamaah haji berpotensi menjadi duta dakwah Indonesia. Melalui foto, video, atau cerita ringan, mereka menebarkan pesan keimanan hingga lingkaran keluarga dan masyarakat luas. Namun, kemudahan berbagi informasi juga membawa tantangan baru, terutama risiko penyebaran berita yang belum tentu benar, yang justru dapat mengganggu kekhidmatan ibadah.
Untuk itu, jamaah perlu bijak dalam membagikan informasi, memastikan kebenaran dan manfaatnya. Jika ada kendala, lebih baik segera melaporkan langsung ke petugas kloter atau PPIH, agar penanganannya tepat dan cepat. Praktik ini mencerminkan teori komunikasi agenda setting, di mana isu-isu penting seperti kesehatan, protokol ibadah, atau pelayanan prima disampaikan melalui kanal resmi, sehingga menjadi perhatian utama jamaah. Selain itu, teori two-step flow juga terlihat jelas: pesan resmi pertama disampaikan ke pemimpin rombongan atau petugas, lalu diteruskan kepada seluruh jamaah secara efektif. Dengan model komunikasi ini, setiap informasi penting disampaikan secara terstruktur, menjaga konsistensi pesan dakwah, sekaligus memastikan kelancaran ibadah haji di Tanah Suci.
Kolaborasi Tanpa Batas demi Umat
Haji 1446 H menandai fase baru pelayanan dan komunikasi di Tanah Suci. Perpaduan narasi kemanusiaan, seperti petugas menuntun lansia di Aziziyah, dengan kecanggihan teknologi informasi (HCC dan Satu Haji) membuktikan bahwa semangat “dakwah tanpa batas” bukan sekadar slogan. Petugas haji, ketua kloter, dan seluruh jamaah Indonesia memiliki tanggung jawab bersama: menyebarkan kabar baik dan menghindari fitnah, sesuai prinsip hablum minallah wa hablum minannas. Melalui komunikasi yang terencana dan terintegrasi, pesan utama haji (kesabaran, empati, keimanan) tersampaikan ke seluruh lapisan jamaah. Agenda-setting dan two-step flow dalam komunikasi memastikan nilai-nilai positif terus menjadi fokus, bukan isu negatif.
Dengan dukungan data terpusat dan koordinasi global, nilai Islam rahmatan lil ‘alamin menembus batas-batas geografis. Haji bukan semata soal logistik atau ritual, melainkan panggung dakwah internasional, dari pusat komando hingga percakapan sederhana di pelataran Masjidil Haram. Refleksi ini mengingatkan bahwa melayani tamu Allah tidak hanya soal fisik, tetapi juga mempererat ikatan spiritual dan komunikasi antarsesama umat Muslim di seluruh dunia.