Indonet Pacu Ekspansi Data Center dan Infrastruktur Digital Menyongsong 2026

12 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri data center di Indonesia menunjukkan pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Direktur Operasional Indonet, Agus Ariyanto, tren ini didorong meningkatnya kebutuhan pemain internasional, terutama hyperscaler seperti Google, AWS, dan Huawei. Kebijakan moratorium pembangunan data center di Singapura turut mendorong investor global melirik Indonesia sebagai alternatif utama.

“Kita diuntungkan dengan adanya kebijakan di negara lain. Singapura melakukan moratorium, sehingga banyak pemain internasional kini lari ke Indonesia,” ujar Agus Ariyanto, dalam acara Media Gathering Indonet, Rabu (4/12/2025) lalu.

Batam, Jakarta, dan sejumlah kota besar lain menjadi pusat ekspansi, sementara daerah seperti Surabaya dan beberapa wilayah di luar Jawa mulai ikut berkembang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya penetrasi internet dan kebutuhan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang menuntut kapasitas data center lebih besar.

Indonet menegaskan fasilitas data center mereka sudah siap mendukung kebutuhan AI pada level minimum. Beberapa pelanggan telah melakukan deployment AI di fasilitas H1 dan H2.

“Untuk minimum AI, kami sudah siap. Beberapa customer sudah deploy AI di data center kami. Sementara untuk high-spec AI, kami sedang siapkan pembangunan baru,” jelas Agus.

Saat ini, sekitar 70 persen pelanggan Indonet berasal dari enterprise dan core provider, termasuk sektor perbankan dan industri. Sementara itu, 30 persen target pasar baru diarahkan ke segmen small and medium business (SMB), khususnya di kawasan ruko dan pusat bisnis.

“Kami berharap 70 persen tetap dari enterprise dan hyperscale, sementara 30 persen bisa dari SMB. Karena kebutuhan internet di segmen ini semakin menantang,” tambah Agus.

Dengan kombinasi ekspansi kapasitas, penetrasi pasar SMB, serta kesiapan mendukung teknologi AI, Indonet optimistis pasar data center Indonesia akan terus tumbuh hingga 2026. “Indonesia masih punya kapasitas data center yang relatif rendah dibanding jumlah penduduk. Jadi peluang pertumbuhan masih besar, dan kami siap mengisi kebutuhan itu,” ujar Agus Ariyanto.

Read Entire Article
Politics | | | |