Tentara Israel menghadiri pemkaman rekannya yang tewas di Gaza, di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, 27 April 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Institut Studi Keamanan Nasional Israel mengatakan bahwa tentara pendudukan menghadapi salah satu krisis personel yang paling serius dalam sejarahnya.
Dia menunjukkan militer membutuhkan puluhan ribu tentara mengingat adanya gesekan dan pertempuran di berbagai front.
Hal ini terjadi pada saat partai agama sayap kanan "Degel Hatorah" mengumumkan pengunduran dirinya dari koalisi pemerintah yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu (yang sedang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional atas kejahatan perang di Jalur Gaza).
Menurut Institut Studi Keamanan Nasional Israel, 71 persen percaya bahwa membebaskan sebagian besar orang Yahudi Haredi dari wajib militer akan merusak motivasi mereka mengabdi.
Sementara 42 persen warga Israel percaya bahwa membebaskan Haredim akan mempengaruhi dorongan anak-anak mereka untuk bergabung dengan tentara.
Pasukan pendudukan Israel menghadapi krisis militer yang terwujud dalam penggunaan unit-unit elite dan pasukan komando untuk menjalankan misi infanteri konvensional, dalam sebuah langkah taktis yang menunjukkan kedalaman kekurangan jumlah pasukan yang diderita di Jalur Gaza.
Unit-unit elite khusus, seperti unit-unit yang tergabung dalam Brigade Komando Divisi Parasut ke-98, tidak memiliki pelatihan yang diperlukan untuk misi-misi infanteri tradisional, sehingga penggunaannya dalam konteks ini menjadi tidak efektif.
Channel 12 Israel melaporkan kesaksian para tentara yang mengatakan bahwa komando mereka sedang bernegosiasi untuk memperpanjang masa dinas militer selama satu tahun lagi. Sementara di medan perang, tentara Israel telah berpartisipasi dalam kegiatan militer yang terkadang berlangsung selama 12 jam.
Krisis personel tercermin dalam upaya untuk memperpanjang periode perekrutan dan memperpanjang masa dinas, yang meningkatkan ketidakpuasan dan kelelahan di antara para tentara.
Penjajah tidak dapat mencapai kontrol yang efektif atas tanah dengan kekuatan mengingat kekurangan jumlah ini, terutama dengan luasnya wilayah yang harus dikontrol dan kebutuhan akan sektor-sektor darat yang besar untuk memastikan kontrol ini.
Menurut radio militer Israel, lebih dari 890 tentara telah terbunuh sejak awal perang, dan lebih dari 10 ribu tentara terluka selama perang di Gaza. Sekitar 20 ribu tentara menderita gejala stres pasca-trauma, menurut Channel 12 Israel.