Jepang Bantu ASEAN Garap Potensi Karbon Biru

8 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Asia Tenggara menyimpan potensi besar sebagai “penyedot” karbon lewat ekosistem lautnya. Tapi hingga kini, tak satu pun negara ASEAN benar-benar tahu berapa banyak karbon yang bisa mereka jual.

Kondisi tersebut mendorong peluncuran proyek ASEAN Blue Carbon and Finance Profiling (ABCF), sebuah inisiatif yang didukung Pemerintah Jepang dan UNDP.

Proyek ini bertujuan mengidentifikasi kapasitas karbon biru, seperti mangrove, lamun, dan gambut untuk memperkuat ekonomi biru dan aksi iklim di kawasan.

“Proyek ini mendukung ASEAN memanfaatkan potensi karbon biru yang menyerap banyak karbon dioksida,” kata Duta Besar Jepang untuk ASEAN, Kiya Masahiko, usai peluncuran ABCF di Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Namun, lebih dari sekadar aksi iklim, Kiya menegaskan inisiatif ini membuka peluang bisnis baru, yaitu pasar karbon. “Anda bisa mendapatkan uang, menjual pengurangan karbon. Ini peluang bisnis,” ujarnya.

Masalahnya, mayoritas negara ASEAN belum punya data dasar yang kuat. Kapasitas serapan karbon biru belum terukur secara akurat, dan inilah titik lemah yang coba dijawab lewat proyek ABCF.

Dalam waktu setahun, studi akan dilakukan di 11 negara untuk menyusun profil karbon dan profil keuangan biru.

Hasil studi ini akan jadi landasan pengembangan proyek konkret yang bisa dijual di pasar karbon internasional. Bagi Jepang, keterlibatan mereka bukan tanpa tujuan.

“Dengan keberhasilan ASEAN, Jepang juga akan mendapatkan keuntungan. ASEAN adalah basis penting kesuksesan Jepang,” ucap Kiya.

Ia berharap perusahaan-perusahaan Jepang akan menjalin kerja sama patungan dengan mitra ASEAN dalam memonetisasi pasar karbon ini.

Menurutnya, kolaborasi lintas negara ini akan memperkuat ekonomi kawasan sekaligus memberikan manfaat sosial bagi komunitas lokal, terutama perempuan yang kerap menjadi bagian penting dalam pelestarian ekosistem pesisir.

Read Entire Article
Politics | | | |