Kemendiktisaintek Sebut Hanya 1-2 Persen Hasil Riset Perguruan Tinggi Jadi Produk Komersial

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek, Yos Sunitiyoso, mengungkapkan, masih banyak hasil riset di perguruan tinggi yang tak terserap ke dunia industri atau usaha. Dia menyebut, jumlah riset yang berlanjut menjadi sebuah produk komersial hanya satu atau dua persen.

"Kalau kita lihat sebenarnya banyak (hasil riset yang tak terserap ke dunia industri). Kalau kita lihat, riset yang menjadi sebuah produk, semakin lama semakin kecil," ungkap Yos ketika diwawancara awak media di sela-sela partisipasinya dalam acara Sosialisasi Program Ajakan Industri 2026 yang digelar di Gedung Gradhika, Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kota Semarang, Kamis (13/11/2025).

Menurut Yos, terdapat beberapa faktor penyebab mengapa hanya sedikit riset perguruan tinggi yang berlanjut hingga menjadi sebuah produk komersial. Misalnya, tantangan teknologi. "Apakah teknologinya cukup andal, cukup bagus, dan bisa menjawab permasalahan?" ujarnya.

Faktor lainnya adalah apakah produk hasil riset tersebut cukup kompetitif untuk dipasarkan secara luas. "Kadang (produk hasil riset) sudah andal, bagus, tapi mahal. Karena terlalu mahal, tidak ada yang mau beli," kata Yos.

"Kalau misalnya sudah komersialisasi, menguntungkan atau tidak? Itu kan ujung-ujungnya bisnis," tambah Yos.

Menurutnya, perjalanan sebuah riset hingga berlanjut menjadi produk dan layak dikomersialisasikan seperti seleksi alam. Yos mengatakan, khusus di Indonesia, jumlahnya masih sangat rendah. "Di Indonesia mungkin hanya satu atau dua persen yang bisa menjadi sesuatu yang dikomersialisasi. Di dunia mungkin sampai 10 persen," ujarnya.

Yos mengungkapkan, angka satu hingga dua persen yang disampaikannya merupakan hasil studi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2021/2022. "Kami ingin naikkan, tidak satu atau dua persen lagi. Mungkin tiga sampai empat persen sudah bagus," katanya.

Dia menjelaskan, salah satu hal yang dilakukan Kemendiktisaintek untuk meningkatkan persentase riset perguruan tinggi menjadi sebuah produk komersial adalah dengan menampung kebutuhan dunia usaha. "Jadi kami memberikan kesempatan kepada industri, kepada perusahaan-perusahaan, apa sih produk, solusi, atau teknologi yang mereka butuhkan. Nanti kami kumpulkan, kami seleksi, yang mana kemudian kita buka call for proposal," ucap Yos.

"Jadi kami undang peneliti-peneliti di perguruan tinggi untuk menyampaikan riset yang sudah mereka kembangkan, yang bisa memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan dunia usaha," tambah Yos.

Menurut Yos, dengan demikian, akan lebih banyak riset yang diharapkan dapat menjadi produk dan memberikan manfaat, tak hanya bagi dunia usaha, tapi juga masyarakat. "Nanti kami juga akan sosialisasi ke perguruan-perguruan tinggi, menyampaikan 'Industri butuhnya ini, apakah Anda punya penelitian yang bisa memenuhi kebutuhan ini?'," ucapnya.

Yos mengungkapkan, terkadang ada pula peneliti yang sudah mewujudkan penelitiannya menjadi sebuah produk purwarupa dengan teknologi cukup mumpuni. Namun tidak ada industri yang mau mengadopsinya.

Dalam kasus tersebut, Kemendiktisaintek akan membantu melakukan feasibility study. "Kenapa ini tidak ada yang mau pakai? Pasarnya kenapa tidak ada? Kemudian kalau investasi butuh berapa? Itu supaya memang (produk hasil riset) bisa terpakai," kata Yos.

Read Entire Article
Politics | | | |