Maskot baru Lembaga Sensor Film (LSF) yang diberi nama Mama Culla.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Sensor Film (LSF) meluncurkan maskot baru mama Culla. Maskot berupa karakter badak betina ini menjadi identitas visual dalam meningkatkan literasi masyarakat terhadap Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GNBSM).
Ketua LSF Naswardi mengatakan inspirasi pemilihan maskot berdasarkan filosofi induk badak Jawa yang melindungi anak dan merepresentasikan sosok ibu yang peduli dan bijak. “Badak bercula satu ini kan hewan endemik yang dilindungi oleh negara bahkan dunia yang saat ini terancam punah, kita mengambil filosofinya dari perilakunya badak Jawa ini hewan yang selalu melindungi yang rentan khususnya anak,” ujar Naswardi di Jakarta pada Kamis (11/12/2025).
Makna mendalam pada badak ini diharapkan mampu melindungi anak-anak di Indonesia dari konten, materi tontonan yang mengandung pornografi, kekerasan, sadisme, persoalan narkoba hingga perjudian yang sejalan dengan visi LSF dalam melindungi anak lewat semangat pelayanan penyensoran dan percepatan sosialisasi budaya sensor mandiri. Sementara itu, sosok orang dewasa juga diharapkan mampu memiliki kesadaran untuk memilah dan memilih tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia.
Mama Culla merupakan akronim dari "masyarakat sensor mandiri sadar dan cerdas untuk memilah-memilih film sesuai klasifikasi usia". Karakter ini digambarkan sebagai sosok ibu milenial yang lekat dengan keseharian masyarakat dan memiliki peran mengingatkan penonton agar menonton sesuai klasifikasi usia.
Aktris Nikita Willy pun digandeng oleh LSF untuk menjadi pengisi suara di balik sosok maskot anyar Mama Culla ini. Naswardi mengatakan pemilihan Nikita Willy sebagai sosok pengisi suara serta duta Sahabat Sensor Mandiri karena dianggap sebagai figur yang sesuai dengan kampanye yang tengah digaungkan LSF.
Ia pun meyakini maskot ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat menonton sesuai klasifikasi usia yang sebelumnya hanya tercatat sebesar 46 persen menjadi 75 persen pada tahun ini dan tahun depan. Selain itu, mulai 1 Januari 2026, penonton film bioskop di seluruh Indonesia akan menikmati film dengan telop sebagai informasi klasifikasi usia yang baru untuk empat penggolongan usia penonton yang dikemas ulang sebagai bentuk penyegaran.
Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan budaya sensor mandiri adalah tengah melakukan kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah agar budaya sensor mandiri tersebut masuk sebagai bahan pembelajaran siswa-siswi di tingkat pendidikan anak usia dini, TK, SD, SMP, SMA. “Kita sedang godok kurikulumnya saat ini termasuk modul materi pembelajarannya dan mudah-mudahan ini akan segera rilis dengan Mendikdasmen sehingga pembelajaran di sekolah itu termasuk modul pembelajaran tentang tema-tema menonton sesuai usia budaya sensor mandiri,” kata dia.
sumber : Antara

1 hour ago
2














































