Kisah Letusan Gunung Kelud Nyaris Tewaskan Tunggul Ametung Penguasa Tumapel yang Arogan

4 hours ago 4

loading...

Ilustrasi letusan Gunung Kelud. Foto/Istimewa

Sebelum dinikahi Ken Arok, Ken Dedes merupakan istri dari Tunggul Ametung yang menguasai Tumapel, di bawah Kerajaan Kediri. Perempuan cantik ini pernah bertengkar hebat dengan Tunggul Ametung, dikarenakan sikap arohan dan rakus suaminya.

Ken Dedes perempuan cantik itu konon tak suka sikap suaminya sebagai seorang golongan ksatria, yang membuat Tunggul Ametung nyaris tewas. Memang saat itu Tunggul Ametung baru saja sembuh dari penyakitnya.

Tapi tiba-tiba letusan Gunung Kelud terjadi dahsyat. Ketika itu awalnya Tunggul Ametung tengah bercengkrama dan berbincang dengan sang istrinya yang cantik.

Baca juga: Sejarah Letusan Gunung Kelud Kubur Peninggalan Candi Era Kerajaan Kediri

Tunggul Ametung pun membicarakan berbagai kerusuhan dan ketidakamanan yang belakangan terus menerus melanda Tumapel. Namun, Ken Dedes seolah semakin menertawakan suaminya tersebut.

Ken Dedes justru berkata ke suaminya bahwa sesungguhnya tidak ada ksatria di Tumapel yang dihormati oleh rakyat. Kaum ksatria, termasuk Tunggul Ametung, menurut Ken Dedes sama sekali tidak dihormati dan dimuliakan rakyat, sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan".

Tetapi mereka disebut Ken Dedes, hanya ditakuti oleh banyak orang karena kaum satria seperti Tunggul Ametung ini kejam, suka merampas dan rakus terhadap kekayaan duniawi. Kaum satria takut jika kehilangan dunia, karenanya, mereka pun suka menakut-nakuti rakyat kecil.

Pendapat Ken Dedes ini tentu saja mengagetkan Tunggul Ametung. Maka, Tunggul Ametung pun berkata kepada istrinya itu bahwa memang kaum satria itu ditakuti oleh seluruh kaum brahmana, termasuk mertuanya sendiri Mpu Purwa dan pendeta Lohgawe, yang terkenal itu juga takut dan tunduk kepadanya.

Namun pernyataannya segera dibantah dengan tandas oleh Ken Dedes. Ken Dedes merespons tegas pernyataan suaminya bahwa tidak ada satu pun brahmana yang takut kepada kedunguan.

Kaum satria merupakan simbol kedunguan karena rata-rata mereka tidak bisa membaca dan menulis, kaum satria merupakan kaum yang tuna pengetahuan. Oleh karenanya apa yang dilakukan oleh para brahmana setiap harinya adalah belajar menekuni ilmu pengetahuan, agar dirinya tidak dungu seperti kaum satria.

Kaum brahmana yang dibutuhkan adalah ilmu pengetahuan supaya dirinya terlepas dari kedunguan. Oleh karena itu, kaum brahmana sama sekali tidak takut kepada kaum satria seperti akuwu Tumapel, karena kaum satria ini sama sekali tidak dibutuhkan oleh kaum brahmana.

Bahkan Sebaliknya akuwu Tumapel justru yang akan membutuhkan kaum brahmana itu. Mendengar jawaban Ken Dedes, Tunggul Ametung langsung menyatakan bahwa Istrinya itu cermin seorang perempuan yang congkak dan angkuh.

Namun lagi-lagi Ken Dedes menghabisinya bahwa tidak ada kaum brahmana yang angkuh. Kepada suaminya itu, Ken Dedes mengatakan orang yang menyebut seorang brahmana angkuh itu orang dungu yang tidak tahu menahu ilmu pengetahuan, sehingga memandang ilmu itu sebagai simbol keangkuhan.

(rca)

Read Entire Article
Politics | | | |