Lewat 'Sapa Lansia', Universitas Paramadina Dorong Penguatan Komunikasi Empatik

14 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah kesehatan psikis pada orang-orang lanjut usia (lansia) sering kali luput dari perhatian, padahal dampaknya tidak kalah serius dibandingkan dengan penurunan kondisi fisik. Karena itu, komunikasi empatik menjadi penting untuk diterapkan dalam merawat mereka.

Sejumlah akademisi dari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina menyelenggarakan Sapa Lansia sebagai ruang berbagi pengetahuan dalam merawat lansia. Melalui kegiatan ini, para kader pos layanan kesehatan terpadu (posyandu) dipandu dalam meningkatkan kemampuan komunikasi empatik.

Ketua Panitia Sapa Lansia Eka Abraham mengatakan, komunikasi empatik diperlukan untuk membantu para kader membangun hubungan yang hangat dan penuh pengertian dengan lansia. Dengan demikian, orang-orang tua itu merasa dihargai, didengar, dan tidak menjalani masa tua mereka dengan perasaan kesepian.

Sapa Lansia menjadi salah satu program corporate social responsibility (CSR) Universitas Paramadina. Kegiatan yang digelar di Gedung SMESCO, Jakarta, pada Selasa (2/12/2025) ini menyasar warga RW 04, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

"Melalui Sapa Lansia, kami membekali kader Posyandu dengan pelatihan komunikasi empatik agar mereka semakin andal dalam mendampingi kelompok lansia," ujar Eka Abraham di Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis pada Rabu (4/12/2025).

Kegiatan ini diikuti oleh 37 peserta, terdiri atas 7 kader Posyandu RW 04 dan 30 lansia yang terlibat dalam sesi praktik. Program dirancang untuk menjawab dua tantangan utama yang dihadapi lansia, yaitu penurunan kesehatan fisik serta kebutuhan akan komunikasi empatik yang dapat meningkatkan kesejahteraan batin.

Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina Juni Alfiah Chusjairi Ph.D mengatakan, kegiatan ini mencerminkan nilai pengabdian masyarakat yang menjadi bagian penting dari pembelajaran di kampus. Para mahasiswa tidak hanya dituntut memahami teori, melainkan juga mampu menerjemahkannya menjadi aktivitas yang berdampak nyata di tengah masyarakat.

Dosen Pengampu Mata Kuliah Komunikasi Korporat dan Pemberdayaan Sosial, Dr. Rini Sudarmanti menegaskan, komunikasi empatik adalah keterampilan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih-lebih bagi kader posyandu yang berinteraksi langsung dengan lansia.

Pelatihan berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama berfokus pada gerakan fisik sederhana untuk meningkatkan kelenturan dan mobilitas lansia, dipandu oleh mahasiswa fasilitator.

Sesi kedua mulai membahas seluk-beluk kompetensi komunikasi empati, termasuk teknik mendengarkan aktif, penggunaan bahasa tubuh yang mendukung, serta cara memvalidasi perasaan lansia. Dalam sesi simulasi, kader mempraktikkan percakapan mendalam bersama lansia, menciptakan interaksi yang hangat dan bermakna dengan mereka.

Sebagai luaran berkelanjutan, Universitas Paramadina menyusun buku saku Sapa Lansia: Seni Berkomunikasi dengan Lansia. Buku ini lantas dibagikan kepada kader dan keluarga lansia untuk memastikan manfaat kegiatan terus berlanjut.

Read Entire Article
Politics | | | |