REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Herman Suryatman mengungkapkan limbah ternak di wilayah Pangalengan, Kabupaten Bandung dan Lembang, Kabupaten Bandung Barat baru terkelola sekitar 25 persen. Sedangkan sisanya masih dibuang ke Sungai Citarum yang menyebabkan terjadi pencemaran lingkungan.
"Jawa Barat itu punya permasalahan dengan pengolahan kohe, kotoran hewan. Salah satunya di peternakan sapi perah. Di Pangalengan contohnya, itu ada 19 ribu lebih ekor yang dikelola oleh 3.500 peternak. Yang terkelola limbahnya, kohenya baru 25 persen," ujar Herman, seusai acara peresmian produk Bio-CNG Itenas "Nicegas) di kampus Itenas, Bandung, Ahad (14/12/2025).
Ia mengungkapkan sisa kotoran hewan sapi perah sebanyak 75 persen dibuang ke sungai. Oleh karena itu, salah satu yang menyebabkan kadar bakteri ecoli di Citarum tinggi karena kotoran hewan.
"Ini kan masalah yang kita hadapi, konkret loh. Indeks kualitas air Citarum kan masih cemar ringan di angka 52 an (persen). Ini PR yang harus kita selesaikan," kata dia.
Di Lembang, Herman mengatakan terdapat 16 ribu lebih sapi perah dengan dikelola 2 ribu peternak. Sedangkan limbah yang terkelola baru 15 persen dan sisanya 85 persen dibuang ke sungai Citarum.
Dengan upaya Itenas membuat produk Bio-CNG, ia mengaku akan langsung mengujicobakan langsung pekan depan ke Pangalengan dan Lembang. Pihaknya akan membuat instalasi pengolahan limbah kotoran ternak. "Rencananya kita akan uji-coba instalasi ini di tiga lokasi itu dan tidak pakai lama. Ya mudah-mudahan saat ujicoba di lapangan karena nanti kan variabelnya lebih komplek kalau sudah di tengah-tengah masyarakat," kata dia.
Herman mengatakan, pihaknya juga akan melihat nilai keekonomian produk tersebut. Apabila teruji efektif, efisien maka dapat direplikasi sehingga dapat menyelesaikan masalah kotoran hewan. "Di satu sisi ada nilai tambah. Peternak bisa mendapatkan gas yang lebih murah," kata dia.
Ia menyebut produk bio-CNG relatif lebih murah sekitar Rp 4000 per kilogram sangat murah dibandingkan gas elpiji tiga kilogram seharga Rp 12 ribu. Upaya mengolah limbah menjadi energi bagian dari program waste to energy menuju nol emisi dan pembangunan hijau.
Sementara itu, Rektor Itenas Prof Meilinda Nurbanasari mengatakan produk Bio-CNG diharapkan dapat memberikan dampak terhadap permasalahan limbah ternak di Jawa Barat. Serta memberikan kesejahteraan dan ekonomi bagi masyarakat.
Ia mengatakan produk yang dibuat tim berasal dari limbah atau kotoran hewan ternak yang menghasilkan biogas. Selanjutnya gas yang dihasilkan ditampung pada tabung-tabung gas yang tersedia.
"Jadi langsung bisa dimanfaatkan sudah tidak ada bau dan bisa dimanfaatkan, untuk sekarang ini masih rumah tangga ya langsung untuk masak kebutuhan sehari-hari itu sudah jalan," kata dia.
Ia menambahkan pihaknya dapat mengisi gas untuk tabung ukuran 5,5 kilogram. Selain itu terdapat prototipe 2 kilogram dengan harga yang lebih murah. "Harga gasnya itu lebih murah dari gas LPG. Jatuhnya sekitar Rp 4.000 per kilogram itu sudah dengan ada benefit ya," kata dia.

12 hours ago
8













































