Miss Papua Dituding 'Dukung' Zionis, Ini Kata Pendeta Papua

6 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pencoretan Miss Papua Merince Kogoya dari ajang Miss Indonesia 2025 karena dianggap mendukung Israel ramai dibicarakan belakangan. Bagaimana sebenarnya duduk perkaranya dari sudut pandang si Papua.

Republika menanyai pendeta Kristen Protestan dari Gereja Kristen Injili Tanah Papua, Ronald Rischard Tapilatu terkait hal ini. “Dalam konteks ini, Panitia Miss Indonesia misinformasi,” ujar kepala Biro Papua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) itu kepada Republika, Selasa (1/7/2025).

Ia menerangkan di Papua memang tersebar gereja-gereja Zion dari denominasi Protestan. Mereka kerap melakukan perayaan besar-besaran setia tahunnya yang diikuti banyak orang. Bendera Israel banyak berkibar di acara-acara tersebut. Acara-acara tersebut tak pernah diganggu gugat aparat keamanan baik dari kepolisian maupun tentara.

“Di Pegunungan Papua juga ada komunitas gereja-gereja Zion mereka bikin perayaan besar, konvoi, tidak ada tentara polisi larang karena itu acara keagamaan,”ujarnya.

Menurut Pendeta Ronald, komunitas gereja-gereja Zion ini bertumbuh pesat di Indonesia Timur, utamanya di Sulawesi Utara dan Papua. “Mereka punya gereja sendiri. Dukungannya ada dari Amerika dan Israel. Komunitasnya bertumbuh dan mereka punya jejaring sendiri,” kata dia. “Saya tidak tahu persis apakah mereka punya program ke Yerusalem.”

Bagaimanapun, menurut Pendeta Ronald, yang mereka dukung belum tentu negara Israel. “Yang harus dipahami bukan Israel yang sedang bunuh-bunuh orang yang mereka rayakan, tapi Israel kuno yang secara geneologis berkesinambungan dengan bangsa Yahudi,” ia mengeklaim.

“Jadi ketika mereka bicara soal Zion, Yerusalem, dan israel, ini pikirannya tentang Israel kuno, bukan negara yang sekarang. Kerajaan-kerajaan lama Israel. Sama saat orang puja persia tak ada hubungan dengan Iran.”

Ia tak menyangkal, kemungkinan ada keyakinan di sebagian umat Kristiani bahwa kedatangan kedua Yesus Kristus dikaitkan dengan pulihnya kerajaan Yahudi di wilayah  Palestina. 

Ia pribadi, sesuai pemahaman denominasinya, tak meyakini hal tersebut. “Tidak ada pemahaman di dalam Injil bahwa kedatangan Yesus bakal dimulai pendirian negara Israel. Tidak ada pemahaman begitu kalau saya.”

Dalam Kristen Protestan, ia menjelaskan, memang ada sejumlah perbedaan antardenominasi. Gereja Protestan, menurutnya, berbeda dengan gereja Katolik. Katolik menganut paham episkopal, keputusan Vatikan berlaku semua paroki di dunia. Sedangkan gereja-gereja Protestan independen dan otonom. 

“Itu mengapa kita tidak mau mempercakapkan soal hal-hal yang dogmatis. Yang jelas kita semua punya keyakinan soal Yesus Kristus dan Alkitab yang sama.”Ada Evangelis, ada yang Reformasi, ada Ortodoks, ada Lutheran, ada Pantekosta, ada yang Baptis, ada yang Adven. Mereka punya ajaran yang berbeda tapi sama dalam kepercayaan pada Yesus dan trinitas. Jangan masuk ke situlah,” ia menegaskan.

Dengan konteks tersebut, menurutnya yang terjadi ada kesenjangan besar antara pengetahuan soal keberagama dan situasi politik di Papua terkait hubungan dengan Israel. “Kita sayangkan panitia Miss Indonesia sudah kurang informasi, sudah tidak pakai asas praduga tak bersalah, tidak paham sosioantropologis. Ini dari Papua pegunungan. Ini soal susahnya perempuan dari Papua Pegunungan berjuang,” kata Pendeta Ronald.

Ia juga menuntut tak ada standar ganda di pihak Miss Indonesia. “Apakah lembaga-lembaga kontes kecantikan internasional ini pakai teknologi Israel. Kalau ada teknologi Israel, kalau ada orang2 israel terlibat, apa dasar Miss Indonesia ambil keputusan? Kalau tidak suka jangan lakukan hubungan apapun yang terkait Israel, supaya adil.”

Read Entire Article
Politics | | | |