Pakar Pesimistis Gencatan Senjata Cepat Kamboja-Thailand Dapat Segera Terjadi, Ini Alasannya

11 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja sudah mereda. Namun sejumlah isu penting dan berpotensi memicu konflik masih akan ada.

Associate Professor Hubungan Internasional dan HAM Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Khoo Ying Hooi mengatakan, gencatan senjata cepat dalam konflik tersebut tampaknya tidak bisa segera terjadi. "De-eskalasi secara bertahap tampaknya lebih realistis,"  ujarnya kepada RIA Novosti, Jumat.  

Sebelumnya juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikorndej Balankura mengatakan bahwa Thailand siap menerima mediasi Malaysia dalam menyelesaikan konflik perbatasan dengan Kamboja.

Mediasi dimungkinkan, terutama karena Malaysia saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN [Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara].

"Perdana Menteri Anwar Ibrahim telah menyatakan keprihatinan atas bentrokan tersebut dan menawarkan dukungan Malaysia untuk upaya de-eskalasi," kata Khoo.

Namun, menurutnya, harus berhati-hati juga bahwa mediasi memang dapat disambut secara simbolis, tetapi isu-isu yang sensitif secara politik, terutama yang melibatkan harga diri dan kedaulatan nasional masih kerap disembunyikan.

"Ini seringkali dirahasiakan melalui jalur bilateral," ujarnya.

Pada saat yang sama, Malaysia dan ASEAN masih dapat memainkan peran yang berarti, namun di balik layar melalui diplomasi yang tenang. Hal ini bertujuan untuk menurunkan ketegangan dan mendorong dialog di antara kedua negara.

"Gencatan senjata atau terobosan yang cepat memang tidak mungkin, tetapi de-eskalasi bertahap lebih realistis. Isu-isu mendasar, termasuk masalah historis, demarkasi perbatasan yang belum terselesaikan, dan meningkatnya nasionalisme, membutuhkan upaya diplomatik jangka panjang," katanya.

Karena itu, kata Khoo, keterlibatan Malaysia merupakan langkah untuk menuju arah yang benar. Namun kemajuan nyata akan bergantung pada kemauan politik yang berkelanjutan dari kedua belah pihak.

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja meningkat menjadi konflik bersenjata pada 24 Juli. Banyak korban tewas dan luka-luka di kedua belah pihak, mencakup warga sipil.

Pada Jumat pagi, militer Thailand menyatakan bahwa pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja berlanjut dengan intensitas yang baru, dengan pihak Kamboja diduga kembali menggunakan sistem roket peluncur ganda BM-21 Grad untuk menyerang sasaran sipil jauh di dalam wilayah Thailand.

Sementara itu, pasukan Thailand merespons dengan tindakan balasan yang proporsional berdasarkan situasi taktis di lapangan, kata pihak militer. 

sumber : Sputnik/Antara

Read Entire Article
Politics | | | |