Pemerintah Tawarkan 10 Area Migas untuk Dongkrak Lifting Nasional

1 hour ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah menawarkan 10 open area minyak dan gas bumi sebagai bagian dari upaya mendorong peningkatan lifting nasional sekaligus menahan laju penurunan produksi migas yang berlangsung puluhan tahun. Langkah ini diarahkan untuk menghadirkan proyek eksplorasi baru yang benar-benar menarik bagi investor dan berujung pada kegiatan komersial.

Ketua Satuan Tugas Percepatan Peningkatan Produksi/Lifting Migas Nanang Abdul Manaf menempatkan penawaran 10 open area tersebut sebagai respons atas kebutuhan mendesak Indonesia terhadap tambahan produksi migas di tengah tren penurunan yang konsisten sejak akhir 1990-an. Ia menyampaikan sebagian besar wilayah yang ditawarkan merupakan area recycle yang sebelumnya pernah dilelang, bahkan sempat dioperasikan.

“Blok-blok yang akan kita tawarkan ini sebenarnya recycle. Pernah kami tawarkan, bahkan pernah ada yang dioperasikan. Tantangannya harus memunculkan hal-hal yang baru sehingga investor tertarik,” ujar Nanang di Jakarta, Senin (22/12/2025).

Ia menekankan tim studi tidak sekadar mengejar pemenuhan target administratif penawaran 10 wilayah kerja. Fokus utama diarahkan pada penggalian seluruh potensi agar blok-blok tersebut layak secara ekonomi dan benar-benar dikerjakan hingga tahap lanjut.

“Kami berharap blok itu betul-betul menjadi daya tarik untuk investasi dan ditindaklanjuti sampai membuktikan ada potensi atau tidak, syukur-syukur sampai komersial,” kata Nanang.

Kebutuhan percepatan eksplorasi dinilai krusial mengingat produksi migas nasional terus mengalami penurunan. Sejak 1997, peningkatan produksi hanya tercatat dua kali, yakni pada 2008 saat proyek Belanak di Blok B Natuna mulai beroperasi dan pada 2016 ketika lapangan Banyu Urip on stream. Di luar periode tersebut, penurunan produksi berada pada kisaran 3 hingga 7 persen per tahun.

Nanang merinci kebutuhan minyak nasional saat ini mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari, sementara produksi domestik baru berada di kisaran 600 ribu barel per hari. Kesenjangan tersebut memaksa Indonesia mengimpor sekitar 1 juta barel per hari yang berpotensi menggerus devisa, terutama ketika harga minyak dunia tinggi.

“Kalau tidak ada kegiatan baru dan eksplorasi, yang terjadi adalah decline,” tuturnya.

Minat investor terhadap 10 open area tersebut mulai terlihat. Sejumlah wilayah disebut telah menarik perhatian pelaku usaha hulu migas, terutama area yang menawarkan sumber daya signifikan sehingga tetap ekonomis meski berada di wilayah terpencil dengan keterbatasan infrastruktur.

Pemerintah juga menyiapkan langkah lanjutan melalui rencana penawaran blok yang lebih agresif. Dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah menargetkan penawaran 60 hingga 75 blok migas. Skema joint study yang diinisiasi investor tetap menjadi andalan, mengingat sekitar 70 persen wilayah kerja eksplorasi selama ini berasal dari mekanisme tersebut.

Sepuluh open area migas itu tersebar di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, lepas pantai Jawa Timur, Sulawesi Tengah, hingga Papua. Pemerataan wilayah ini diharapkan memperluas basis eksplorasi dan membuka peluang temuan baru di luar lapangan-lapangan lama.

Pemerintah menargetkan seluruh hasil studi 10 open area tersebut dapat diselesaikan dan disampaikan pada tahun ini. Laporan akhir diharapkan memberi gambaran nyata mengenai potensi, risiko, serta skenario pengembangan sehingga investor memiliki dasar yang kuat dalam mengambil keputusan investasi.

Read Entire Article
Politics | | | |