Suci Naeni
Sastra | 2025-05-30 20:55:05

Dalam novel Midah (Si Manis Bergigi Emas) karya Pramoedya Ananta Toer, musik keroncong memiliki peran penting dalam membentuk identitas tokoh utama, Midah. Musik ini bukan sekadar hiburan, melainkan simbol perlawanan dan kebebasan Midah dalam menghadapi tekanan sosial dan keluarga.
Keroncong sebagai Jalan Menuju KebebasanMidah tumbuh dalam keluarga yang sangat konservatif, di mana musik keroncong dianggap rendah dan tidak pantas. Ayahnya, Haji Abdul, lebih menyukai musik dengan nuansa religius seperti musik Arab, dan mendengarkan radio umi kalsum yang dianggap lebih sesuai dengan nilai-nilai moral keluarga mereka. Namun, Midah tetap memilih keroncong sebagai media ekspresi dirinya, meski harus menghadapi penolakan keluarga. Pilihan ini bukan hanya tentang selera musik, tetapi juga simbol keberanian untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.
Musik sebagai Identitas dan PerlawananBagi Midah, musik keroncong bukan hanya cara mencari nafkah, tetapi juga pernyataan identitasnya sebagai perempuan yang berani melawan batasan sosial. Dengan menjadi penyanyi keroncong, ia menolak untuk dibatasi oleh norma tradisional yang sering mengekang perempuan. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap budaya patriarki yang sering kali membatasi ruang gerak perempuan dalam masyarakat.
Musik ini juga memberinya kebebasan untuk mengekspresikan perasaannya, sesuatu yang sulit dilakukan dalam lingkungan keluarga yang penuh aturan. Melalui setiap lirik yang dinyanyikannya, Midah menemukan cara untuk menyuarakan hatinya yang penuh luka dan harapan.
Simbolisme Gigi Emas dan Julukan "Si Manis"Julukan "Si Manis Bergigi Emas" yang diberikan kepada Midah oleh para pengamen jalanan menunjukkan transformasinya dari seorang perempuan biasa menjadi sosok yang dikenal dan dihormati. Gigi emasnya, yang mungkin dianggap aneh atau mencolok, justru menjadi simbol keberanian dan kemandirian yang membedakan Midah dari perempuan lain pada zamannya.
Gigi emas ini tidak hanya mempertegas identitasnya, tetapi juga menunjukkan bagaimana Midah menerima dirinya apa adanya, tanpa takut terhadap penilaian orang lain. Ini adalah bentuk pengakuan akan keberaniannya untuk tampil berbeda di tengah masyarakat yang sering kali menghakimi.Relevansi dalam Konteks ModernKisah Midah tetap relevan hingga saat ini, menggambarkan bagaimana perempuan terus memperjuangkan kebebasan berekspresi dan hak untuk menentukan nasib sendiri. Musik keroncong, dalam hal ini, menjadi metafora bagi kebebasan dan keberanian untuk melawan batasan sosial yang mengekang.Selain itu, kisah Midah mengingatkan kita tentang pentingnya keberanian untuk berbeda, menerima diri sendiri, dan melawan penindasan, bahkan ketika dunia seakan menuntut kita untuk patuh dan tunduk pada norma yang ada.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.