BSI saat ini sudah hampir memiliki 17,5 ton emas, dengan total omzet Rp 28,7 triliun.
Karyawan menata produk emas BSI saat kegiatan peninjauan kesiapan Bank Emas BSI di Gedung BSI, Jakarta, Rabu (5/3/2025). BSI memperkuat komitmen untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, setelah perseroan resmi ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus memperkuat posisinya sebagai pionir perbankan syariah di Indonesia melalui pengembangan bisnis emas yang terintegrasi. Senior Vice President (SVP) Wealth Management BSI, Asri Natanegeri mengatakan BSI kini mampu mengaktivasi dua model bisnis utama, yakni penitipan emas dan perdagangan (trading) emas setelah resmi memperoleh izin sebagai bank bullion.
"Posisi BSI saat ini sudah hampir memiliki 17,5 ton emas, dengan total omzet Rp 28,7 triliun. Dari angka itu, sekitar Rp 12,8 triliun berasal dari bisnis cicil emas dan gadai emas, yang mencatatkan pertumbuhan hampir 78 persen," ujar Asri dalam konferensi pers Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025 di Kafe Tjikini Lima, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Asri menyampaikan tren ketidakpastian ekonomi global mendorong masyarakat untuk beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven) seperti emas. Asri menyebut kecenderungan banyak masyarakat yang mengalihkan investasi tabungan, deposito, pasar uang ke emas.
Tak hanya fokus pada pembiayaan emas, Asri menyampaikan, peran BSI sebagai bullion bank juga memungkinkan nasabah untuk menabung emas, mencetak emas melalui mesin ATM khusus, hingga melakukan transaksi jual beli emas secara digital.
"Nanti dalam acara Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025 pada 29 April itu akan dibahas lebih rinci dari berbagai pakar terkait pergerakan harga emas apakah masih memiliki potensi untuk naik lagi atau seperti apa, dan investasi apa yang bisa dimanfaatkan oleh nasabah," ucap Asri.
Asri menambahkan, BSI juga menghadirkan layanan tabungan emas dengan nominal kecil, bahkan di bawah satu gram secara digital. Asri mengatakan tren permintaan emas juga berdampak positif terhadap jumlah pengguna aplikasi BSI.
"Kalau kita baca berita seperti antrean beli emas di Antam. Kalau nasabah mau beli langsung itu mungkin barangnya tidak siap. Karena proses untuk pencetakan emas itu tidak gampang dari produsen, tapi kalau dengan tabungan emas ini, transaksi bisa kapan saja, tidak harus mikirin apakah suplainya tersedia atau tidak. Yang penting kepemilikan portofolionya ada di situ," kata Asri.
Berita Lainnya