Muhammad Khairul Anam bin Mahdi
Agama | 2025-05-14 12:59:36

A. PENDAHULUAN
Ilmu memiliki peran yang sangat penting bagi makhluk hidup, karena dengan ilmu, berbagai kebutuhan dan keperluan manusia dapat terpenuhi dengan lebih cepat dan mudah. Ilmu telah banyak mengubah pandangan terhadap berbagai masalah, seperti kelaparan, kemiskinan, ketidaktahuan, dan berbagai masalah lainnya.
Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban yang dimulai setiap manusia sejak lahir hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap individu dituntut untuk wajib belajar melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa dapat diukur sebagai ukuran kemajuannya, karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin baik taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.
Pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, seperti yang ditunjukkan dalam Undang-Undang bahwa sebagian besar masyarakatnya belum menerima pendidikan. Semua orang berhak atas pendidikan yang berkualitas sesuai dengan minat dan bakat mereka, tanpa mengira agama, suku, etnis, gender, demografi, status ekonomi, atau faktor lainnya. Pemerataan akses dan peningkatan kualitas pendidikan akan membantu semua orang berkembang dan maju dalam menghadapi globalisasi.
Salah satu terobosan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kehidupan bangsa serta meningkatkan sumber daya manusianya adalah program wajib belajar sembilan tahun, yang mencakup enam tahun sekolah dasar sampai tiga tahun sekolah menengah. Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008, wajib belajar bertujuan untuk memperluas dan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan berkualitas tinggi. Peraturan tersebut juga menyatakan bahwa wajib belajar bertujuan untuk memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia agar mereka dapat mengembangkan potensi diri mereka sehingga mereka dapat hidup mandiri dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan yang tinggi.[1]
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimah, yang memiliki makna penting dalam kehidupan. Mereka yang tekun dalam menuntut ilmu dan memiliki pengetahuan akan meningkatkan kualitas hidup dan martabatnya, bahkan ditinggikan derajatnya oleh Allah.
B. PEMBAHASAN
a. Ilmu dalam Prespsktif Islam
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm), yang berarti pengetahuan (al-ma’rifah),[2] kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam.[3] Dari asal kata ‘ilm ini selanjutnya di-Indonesia-kan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu pengetahuan.’ Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalan persoalan duniawī dan ukhrāwī dengan bersumber kepada wahyu Allah.[4]
Al-Qur’ān dan al-Hadīts merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai petunjuk (hudan) bagi umat manusia, termasuk dalam hal ini adalah petunjuk tentang ilmu dan aktivitas ilmiah. Al-Qur’ān memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap aktivitas ilmiah. Terbukti, ayat yang pertama kali turun berbunyi ; “Bacalah, dengan [menyebut] nama Tuhanmu yang telah menciptakan”.[5]
Menurut Al-Qur'an, "ilmu" sepadan dengan istilah "makrifah", yang merupakan pengetahuan yang ditanamkan pada manusia dan memungkinkan mereka untuk mengenali dengan jelas apa yang ada.[6]
Sumber ilmu didalam islam bukan hanya dibatasi kepada fisik atau yang terlihat, namun juga metafisik atau yang tidak tampak yang nyata namun harus dipercaya, seperti Dzat Allah, malaikat, alam kubur alam akhirat hari berkumpul, hari dihhisab dan hari pembalasan. Alam fisik dan non fisik bernilai sama dalam pandangan islam.[7]
Alqur’an sebagai sumber utama ilmu dalam islam memegang peran sangat penting, didalam alqur’an terdapat semua ilmu, mulai dari matematika (Alqur’an surat an Naziat ayat 30), ilmu fisika (al qur’an surat Al-Qanar ayat 49), itu hanya sebagian kecil contoh ilmu yang terkandung didalam Alqu’an. Tidak hanya tentang sain, Alqur’an juga mengajarkan ukhuwah dalam bergaul baik dalam keluarga bertentangga dan bermasyarakat. Alqur’an telah memberi rambu sangat rinci. Selain Al qur’an, Hadits nabi juga menjadi sumber ilmu bagi umat islam, Berapa hal yang di terangkan secara umum dalam Al qur’an akan diterangkan secara rinci dalam Hadits Nabi. Ijma atau pendapat para ulama juga menjadi sumber ilmu dalam islam, saat suatu perkara belum dijelaskan secara rinci didalam Alqur’an dan Hadits nabi maka akan diadakan suatu kesepakan bersama para ulama.[8]
b. Keutamaan Menutut Ilmu
Ilmu pengetahuan memiliki peran besar dalam kehidupan seseorang, karena dengan ilmu pengetahuan maka manusia dapat bermanfaat untuk keluarga dan sekitarnya. Ilmu pengetahuan juga menjadi jalan pedoman untuk menuntun kita ke arah benar dan dapat mengantarkan kita pada kehidupan bahagia di dunia maupun akhirat dan menjadi cahaya yang menyinari kehidupan manusia sehingga mereka tidak kehilangan arah.
Ilmu pengetahuan berperan penting bagi manusia. Manusia tidak akan hidup lebih baik tanpa memiliki ilmu. Oleh karena itu, mari kita gunakan waktu sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Kewajiban mencari ilmu telah dijelaskan di dalam Al-Quran dan Hadits. Belajar adalah kewajiban bagi setiap manusia, karena berguna untuk meningkatkan potensi diri. Manusia dapat mengetahui wawasan yang sebelumnya tidak dimengerti. Sehingga kita sebagai umat muslim sebaiknya memperhatikan dalam hal belajar, karena telah diketahui keutamaan para penuntut ilmu di dalam Islam.
Berikut ini merupakan keutamaan menuntut ilmu yang dikutip dari beberapa hadist Nabi Muhammad SAW:[9]
1. Dimudahkan Jalan ke Surga
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
2. Ditinggikan Derajatnya
Hadis mencari ilmu lain juga menunjukan tingginya derajat orang berilmu apabila dibandingkan dengan manusia lainnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ يَرْفَعُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ قَالَ يَرْفَعُ اللَّهُ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا بِدَرَجَاتٍ
Dari Ibnu Abbas r.a.: ketika menafsirkan ayat : (Allah meninggikan orang-orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. al-mujadalah:11); dia berkata maksudnya adalah “Allah meninggikan orang-orang yang diberi ilmu atas orang-orang yang beriman beberapa derajat”. (HR. Darimi) No. 356.
3. Dicintai oleh Nabi Muhammad SAW
Rasulullah mendoakan para pencari ilmu
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ
Dari Zaid bin Tsabit mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadits dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Daud.
4. Dimintakan Ampun Seisi Bumi dan Langit
Keutamaan lain berilmu yakni:
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِمِ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْبَحْرِ
Dari Abu Ad Darda` ia mengatakan bahwa “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya akan memintakan ampun untuk seorang alim makhluk yang di langit dan di bumi hingga ikan hiu di dasar laut.” Hadist ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah) Ilmu pengetahuan akan membawa kebahagiaan bagi seseorang di dunia dan di akhirat.
5. Bahagia Dunia dan Akhirat
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntutlah ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan”.
Ilmu merupakan kunci dan pusat segala kebaikan. Ilmu adalah sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan atas kita. Keimanan dan amal seseorang dianggap tidak sempurna kecuali dia memiliki ilmu. Apabila manusia memiliki ilmu, maka Allah akan disembah, dengan ilmu maka hak Allah pasti ditunaikan, dan dengannya pula agama Islam tersebar.
Kebutuhan manusia akan ilmu lebih besar jika disbanding dengan kebutuhannya pada makanan dan minuman, hal demikian karena keberlanjutan urusan agama dan duniawi berdasarkan pada ilmu. Hal ini ditambahkan oleh Imam Ahmad yang mengatakan bahwa manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dalam satu hari hanya dibutuhkan dua sampai tiga kali, sedangkan ilmu pengetahuan diperlukan sepanjang waktu.
c. Tantangan dan Solusi dalam Memuntut Ilmu saat ini
a) Pendidikan Islam dan Tantangan gelobal
Globalisasi berasal dai kata global yang artinya menyeluruh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Globalisasi diartikan sebagai masuknya ke ruang lingkup dunia. Globalisasi juga diartikan sebagai proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi termasuk kemunculan dunia informasi melalui internet merupakan faktor utama dalam globalisasi yang mendorong saling ketergantungan aktifitas ekonomi dan budaya. Tentu hal ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, tak terkecuali pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang orientasinya bukan sekedar kemahiran di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, namun bagaimana ada keseimbangan antara ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai keislaman yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai sumber pijakan dalam mengimplementasikan keahliannya yang dimilikinya.
Banyak institusi pendidikan yang berorientasi melahirkan individu-individu yang siap kerja untuk meraih kesuksesan duniawi dan menafikan aspek keagamaan. Pendidikan dipandang sebagai investasi dengan ijazah dan gelar sebagai tujuan utamanya. Oleh karenanya sebisa mungkin gelar segera diraih sehingga modal yang dikeluarkan segera kembali dan mendatangkan hasil. Kesuksesan diukur dengan pencapaian materi dan status sosial. Yang lebih parah lagi tujuan semacam itu dilakukan melalui jalan pintas seperti jual beli ijazah (Sutrisno dan Muhyiddin, tt).
b) Solusi Menghadapi Problematika PAI
Sebetulnya banyak solusi yang dapat memberikan obat permasalahan yang penawar dihadapi bagi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Menurut Nuryadin, perlunya langkah langkah strategis dalam menghadapi tantangan/problem yang dihadapi dalam pembelajaran, diantaranya: pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembenahan berbasis teknologi infrastruktur digital, pemanfaatan media pembelajaran berbasis digital.[10]
Pertama, peningkatan kualitas SDM merupakan keharusan bagi pendidik agama Islam dalam mengarungi era digital. Kualitas SDM akan berdampak besar pada peningkatan kualitas pendidikan agama Islam, baik untuk kelembagaan maupun aspek lainnya. SDM dengan kemampuan, keahlian dan profesional yang mumpuni diharapkan dapat mengembangkan pendidikan agama Islam agar lebih optimal dengan segala sumber daya yang tersedia.
Kedua, pembenahan infrastruktur berbasis teknologi digital menjadi suatu keniscayaan dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai respon terhadap globalisasi. Utamanya adalah infrstruktur berbasis teknologi digital. Hampir sebagian besar aktivitas pendidikan seperti administrasi manajemen, pembelajaran, dan lainnya, dapat memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Maka ketersediaan fasilitas infrastruktur yang mendukung menjadi jawaban dari tuntutan tersebut.
Ketiga, pemanfaatan media pembelajaran berbasis digital. Sekarang ini pemanfaatan internet sedemikian masif dan telah menjadi kebutuhan serta gaya hidup masyarakat. Pemanfaatan media berbasis digital (internet) tentunya menjadi keniscayaan dalam aktivitas pendidikan dan pembelajaran. Mendidik generasi era digital/era revolusi industry 4.0 tidak mungkin hanya mengandalkan media konvensional semata. Diperlukan pemaduan antara media konvensional dan media digital agar hasilnya lebih maksimal.
Keempat, implementasi metode pembelajaran partisipatoris. Era digital telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan agama Islam. Aktivitas pendidikan semakin efektif dan efisien dengan hadirnya perangkat digital. Dalam kegiatan pembelajaranpun diharapkan.[11]
[1] Nadira Oktasari dkk. “Menuntut Ilmu Sebagai Landasan Utama dalam Perspektif Islam”. Jurnal Ilmiah Kajian Multidisiplin”. Vol.8. No. 6 2024, hlm. 142.
[2] Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984), hlm.1037.
[3] Al-Munjid fī al-Lūghah wa al-A’lām (Beirut : Dār al-Masyriq, 1986), hlm. 527.
[4] A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, 2003), hlm. 13.
[5] Mohmmad Kosim. “Ilmu Pengetahuan dalam Islam (Perspektif Filisofis-Historis)”. Tadris. Volume 3. Nomor 2. 2008.
[6] Hadriana, M. Hakekat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Pandangan Islam. Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman, Vol. 9. No (1), 2023, hlm. 101–108.
[7] Khasanah, W. “Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam. Jurnal Riset Agama,” Vol.1 No.(2), 2021, hlm. 296–307. https://doi.org/10.15575/jra.v1i2.14568
[8] Darani, N. P. “Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Perspektif Hadis”. Jurnal Riset Agama, Vol.1 No.(1), 2021, hlm.133–144.
[9] Ibid, hlm. 143-144.
[10] Nuryadin, “Strategi Pendidikan Islam di Era Digital, Fitrah Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman,” Vol. 03, No. 1 Juni 2017, hlm. 216-221.
[11] Syahri Kismonto. “Solusi Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Pusaran Problematika Era Globalisasi”. Jurnal Indra Tech, Volume 2 No1. 1, 2021, hlm. 106-110.
Oleh: M. Khairul Anam bin Mahdi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.