Permintaan Mata Uang Lokal Melonjak di Eropa, Dolar AS Mulai Terkikis

5 hours ago 4

loading...

Sejumlah perusahaan dan entitas keuangan di Eropa mulai menerima permintaan transaksi dalam mata uang lokal, bukan dolar AS. FOTO/AI

JAKARTA - Sejumlah perusahaan dan entitas keuangan di Eropa mulai menerima permintaan transaksi dalam mata uang lokal, bukan dolar AS sebagai dampak dari inisiatif BRICS untuk mengurangi dominasi dolar dalam perdagangan internasional. Hal ini dilaporkan oleh Luxembourg Times menandai perubahan signifikan dalam praktik keuangan global pada 2025.

Permintaan ini mencakup, mata uang seperti yuan China, dolar Hong Kong, dirham Emirat, dan euro. Sebelumnya, transaksi lintas negara biasanya menggunakan dolar AS sebagai mata uang perantara. Misalnya, perusahaan Jepang yang ingin mengirim dana ke Filipina melalui perusahaan Eropa biasanya mengonversi uang ke dolar AS terlebih dahulu, baru kemudian ke peso Filipina. Namun kini, perusahaan menuntut agar transaksi dapat langsung menggunakan mata uang lokal tanpa perantara dolar AS.

Baca Juga: 5 Negara Eropa yang Punya Utang Besar ke China, Rusia Teratas Tembus Rp2.808 Triliun

Perkembangan tersebut menunjukkan keberhasilan strategi BRICS dalam memperkuat peran mata uang lokal di panggung global dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Kepala Riset China di Institute of International Finance, Gene Ma, mengungkapkan peningkatan transaksi mata uang non-AS didorong oleh kemajuan teknologi finansial (fintech) dan likuiditas yang lebih baik, sehingga harga transaksi menjadi kompetitif dibandingkan menggunakan dolar AS.

"Peningkatan transaksi mata uang non-AS sebagian besar disebabkan perkembangan teknologi dan peningkatan likuiditas. Pihak-pihak yang bertransaksi merasa bahwa harganya mungkin tidak lebih buruk daripada menggunakan dolar AS sehingga transaksi meningkat secara alami," ungkap Gen Ma, dikutip dari Watcher Guru, Kamis (15/5).

Baca Juga: Tahun Lalu Kepalanya Dihargai Rp165 Miliar oleh AS, Kini Justru Berjabat Tangan dengan Trump

Fenomena ini juga merupakan respons terhadap ketegangan perdagangan dan tarif yang terjadi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Meskipun sejumlah tarif telah dihentikan sementara, ketidakpastian masih membayangi sektor keuangan global.

Perubahan pola transaksi ini berpotensi mengubah lanskap ekonomi global terutama jika BRICS terus mendorong perdagangan menggunakan mata uang lokal, yang dapat mengurangi dominasi dolar AS dalam sistem keuangan dunia.

(nng)

Read Entire Article
Politics | | | |