Pesan ke Generasi Muda, Wamendagri Bima: Indonesia di Titik Penentu Sejarah

5 hours ago 3

loading...

Wamendagri Bima Arya Sugiarto menjadi keynote speech pada acara Pijar Foundation bertema Muda30 Award di Teater Jakarta, TIM, Jakarta, Senin (3/11/2025) malam. Foto/Dok. SindoNews

JAKARTA - Bangsa Indonesia saat ini tengah berada di titik penentu sejarah menuju Indonesia Emas 2045 . Dalam konteks ini, peran generasi muda sangat memengaruhi arah perjalanan bangsa.

“Hari ini Indonesia di simpang jalan. We are at the crossroads. Kita punya kesempatan untuk menjadi negara maju in 20 years' time. Dua puluh tahun lagi kita akan menjadi satu dari lima negara dengan ekonomi paling maju di dunia,” kata Wamendagri Bima Arya Sugiarto saat menyampaikan keynote speech pada acara Pijar Foundation bertema Muda30 Award di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (3/11/2025) malam. Baca juga: Lepas dari Middle Income Trap, Indonesia Bisa Pakai Strategi Ini

Bima menjelaskan tantangan besar di hadapan bangsa saat ini adalah menghindari jebakan pendapatan menengah dan mengoptimalkan bonus demografi. Keberhasilan Indonesia, kata dia, sangat ditentukan oleh kemampuan generasi muda dalam mengelola momentum dan menjadi aktor utama perubahan.

Ia menyinggung bahwa bangsa ini pernah berada dalam situasi serupa pada 1998. Ketika generasi muda mesti menentukan arah, yakni melakukan reformasi untuk membangun negara demokratis dan sejahtera, atau tidak sama sekali.

“Jadi simpang jalan pertama setelah reformasi telah kita lalui. Nah, hari ini adalah simpang jalan kedua. Sekali lagi yang menentukan hari ini adalah sejauh mana kita memilih untuk menulis sejarah sendiri,” jelasnya.

Bima juga mengajak anak muda untuk bertransformasi dari bentuk aktivisme yang semata konfrontatif menjadi aktivisme kolaboratif. Ia mengutip pemikiran sosiolog Anthony Giddens mengenai era generasi kosmopolitan, yakni generasi yang hidup dalam dunia tanpa batas dan dituntut untuk berpikir global, adaptif, serta mampu bekerja lintas budaya.

Namun, ia menegaskan, keterbukaan global harus diimbangi dengan pijakan lokal yang kokoh. Menurutnya, generasi muda ideal adalah mereka yang memahami budaya dan jati diri bangsa, memiliki semangat nasionalisme, sekaligus berdaya saing global. “Atau istilah saya tadi, mentalnya mental aktivis, skill-nya global, dan hatinya nasionalis,” ungkapnya.

Read Entire Article
Politics | | | |