INFOREMAJA — Psikolog remaja dan anak, Vera Itabiliana, menyerukan kepada remaja agar mengenali emosi diri supaya dapat menentukan langkah hidup yang lebih baik.
“Semakin remaja mengenali emosi dan nilai-nilainya, semakin mudah ia menentukan langkah dan pilihan hidup yang sesuai,” kata psikolog lulusan Universitas Indonesia di Jakarta, dikutip Jumat (14/11/2025).
Vera menyampaikan hal tersebut agar para remaja kian memahami gejolak perasaan yang kerap muncul.
Ia juga merekomendasikan agar remaja menyadari perasaan dan reaksi diri.“Coba kenali kapan merasa senang, marah, kecewa, atau takut, serta apa pemicunya,” ujarnya.
Langkah seperti menuliskan pikiran dan perasaan dalam jurnal atau buku harian dapat menjadi pilihan, termasuk melakukan refleksi nilai dan minat pribadi mengenai hal-hal yang dianggap penting, yang membuat bersemangat, serta belajar menerima kekurangan diri.
“Tidak harus selalu sempurna untuk diterima,” katanya.
Jika dirasa membutuhkan bantuan terkait apa yang dirasakan atau persoalan yang dialami, remaja dapat meminta bantuan kepada orang tua, guru BK, atau orang yang dianggap terpercaya dan peduli.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merekomendasikan sejumlah upaya mulai dari deteksi dini, dukungan psikososial dari sekolah, hingga penguatan regulasi dan prosedur penanganan kekerasan sebagai langkah pencegahan paham ekstremisme pada anak.
Komisioner KPAI Klaster Pendidikan, Waktu Luang, dan Budaya, Aris Adi Leksono, di Jakarta, Selasa (11/11), menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa ledakan yang diduga berasal dari rakitan bahan peledak di SMAN 72 Jakarta. Kasus tersebut melibatkan seorang peserta didik sebagai terduga pelaku.
“Peristiwa ini tidak hanya mencederai rasa aman di lingkungan pendidikan, tetapi juga menunjukkan adanya tantangan serius dalam membangun budaya sekolah yang ramah anak dan antikekerasan,” ujarnya.
Hasil pemantauan awal mengungkapkan bahwa pelaku menunjukkan perubahan perilaku signifikan beberapa bulan terakhir: menjadi lebih tertutup serta lebih sering mengakses konten bernada radikal di platform digital.
Motif utama terduga pelaku diduga merupakan kombinasi antara emosi pribadi yang tidak terkendali dan internalisasi narasi ekstrem dari ruang digital yang memengaruhi cara berpikirnya.

2 hours ago
3












































