Puluhan Ribu Peringati Nakba di Jakarta, Desak Penghentian Genosida di Gaza

5 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Puluhan ribu warga menghadiri Aksi Bela Palestina yang bertema “Genosida Belum Berhenti Jangan Ada Nakba Lagi” yang  dilaksanakan di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Ahad (18/5/2025). Aksi itu mengenang pengusiran warga Palestina pada 1948 oleh Zionis Israel sekaligus mendesak dihentikannya genosida yang tengah berlangsung di Gaza. 

Massa yang hadir membawa  boneka-boneka bayi dan potongan tubuh manusia yang diberi warna merah. Mereka juga membawa tulisan "Kecam Amerika: Pendana Genosida!”, “Normalisasi Israel = Pengkhianatan!”, “Israel Bukan Negara, Tapi Proyek Penjajahan!”, “Nakba Belum Usai!, dan Palestina Melawan, Dunia Bergerak!”. Sekitar 20 ribu orang hadir dalam aksi besar-besaran tersebut.

Dalam kesempatan tersebut Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) bersama para tokoh bangsa menyampaikan pernyataan sikap resmi dalam memperingati 77 tahun Hari Nakba. Ia adalah sebuah peristiwa kelam yang menandai dimulainya tragedi pengusiran dan pembantaian rakyat Palestina oleh Zionis Israel pada 15 Mei 1948.

Prof Sudarnoto Abdul Hakim, ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, menyatakan bahwa Nakba adalah malapetaka sejarah yang tidak boleh terulang. Genosida di Gaza hari ini adalah jelmaan modern dari tragedi itu dan dunia tidak boleh diam. 

ARI-BP mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar menetapkan 15 Mei bukan hanya sebagai Hari Nakba, tapi sebagai Hari Tragedi Kemanusiaan Internasional yang ditindaklanjuti dengan resolusi Majelis Umum PBB berdasarkan fatwa Mahkamah Internasional (ICJ) dan amar Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menghukum Israel dan menangkap Benjamin Netanyahu sebagai penjahat perang.

ARI-BP juga menyatakan menghargai pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang mendukung kemerdekaan Palestina, dan mendorong agar komitmen tersebut diwujudkan dalam langkah konkret menghentikan kekejaman Zionis Israel dan tekanan kepada Amerika Serikat agar tidak lagi mendanai kekerasan terhadap rakyat Palestina.

Indonesia juga disebut harus harus tampil di panggung dunia dan memimpin penggalangan kekuatan global dari negara-negara pencinta keadilan dan perdamaian. Salah satu bentuk perjuangan yang harus terus digencarkan adalah gerakan boikot produk Israel dan semua yang terafiliasi dengannya. ARI-BP mendukung sepenuhnya fatwa Majelis Ulama Indonesia terkait hal ini dan menyerukan kepada seluruh masyarakat dan pemerintah untuk memperkuat gerakan boikot secara serius dan konsisten.

“Kami juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu melaksanakan amanat konstitusi UUD 1945, bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan,” bunyi pernyataan dari ARI-BP.

Komite Pengarah ARI-BP, Prof Din Syamsuddin, menegaskan bahwa Nakba adalah luka kita bersama, noda hitam dalam sejarah umat manusia. Lebih dari 800 ribu rakyat Palestina diusir, dibunuh, dan dibantai. “Maka kami menyerukan: Jangan ada Nakba lagi!”

Ia juga menyampaikan kepada seluruh umat beragama, khususnya umat Islam, kami serukan untuk serius dalam memboikot produk-produk pro-Israel.  "Perjuangan ini memang panjang, seperti mendaki jalan terjal. Tapi jangan lelah, tetap jaga semangat, stamina, dan kekompakan," katanya, Ahad (18/5/2025). 

Ia juga menyatakan hari ini bukan akhir. Ini adalah bagian dari rangkaian perjuangan. Di masa depan diharapkan aksi-aksi yang lebih besar dan lebih terorganisir, menggabungkan kekuatan rakyat Indonesia dengan kekuatan global dari Asia, Eropa, Australia, hingga Amerika. 

"Kita optimis dan berkeyakinan bahwa kemenangan akan segera tiba. "Nasrun minallah wa fathun qariib, Kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya itu dekat, katanya. 

Mantan Ketua Muhammadiyah itu juga  menyampaikan pandangan kritis atas rencana evakuasi warga Palestina dari Gaza yang dilontarkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Dalam pandangannya, niat baik itu harus ditingkatkan menjadi langkah nyata yang lebih berani dan berdampak besar yaitu rekonstruksi Gaza.

"Daripada evakuasi, yang belum tentu bisa kembali, lebih baik Indonesia berani memimpin upaya kemanusiaan yang lebih konkret: membangun kembali rumah sakit, mengirim tenaga medis dari TNI, dan menunjukkan keberpihakan kepada rakyat tertindas," ujarnya. 

Din menekankan bahwa aksi kemanusiaan yang sejati membutuhkan keberanian dan semangat patriotik yang lebih dari sekadar pengungsian. "Apakah kita cukup berani? Apakah kita cukup patriot untuk hadir dan membantu langsung di Gaza? Karena ini bukan hanya soal logistik, tapi tentang keberpihakan moral kepada kemanusiaan," ujarnya tegas.

Ia juga menyinggung lambannya implementasi keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menangkap Benjamin Netanyahu, sebagai contoh bahwa upaya hukum internasional pun tak selalu mudah.  "Sama seperti Nakba, genosida di Gaza hari ini adalah bentuk modern dari penjajahan. Dunia harus bersatu untuk menghentikannya," katanya.

Din Syamsuddin menyerukan agar tanggal 15 Mei yang telah ditetapkan sebagai Hari Nakba, juga dijadikan sebagai Hari Tragedi Kemanusiaan Internasional dan diperingati secara global. "Saya yakin, bangsa-bangsa yang cinta damai dan keadilan akan melanjutkan perjuangan ini."

Ia mengaku kehabisan kata melihat kekejaman Israel di Gaza, namun menegaskan bahwa diam bukan pilihan. "Sebagai bangsa yang pernah dijajah, meski kita punya banyak masalah di dalam negeri, tidak salah jika kita menunjukkan solidaritas kepada Palestina," katanya.

Din mengingatkan, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia sepatutnya menunjukkan rasa terima kasih dan solidaritas. Ia mengajak seluruh rakyat untuk menghadiri dan mendukung berbagai aksi damai bela Palestina yang diselenggarakan serentak di berbagai daerah. "Jangan sampai tragedi seperti di Gaza terjadi di tempat lain. Saatnya dunia bersatu melawan kejahatan kemanusiaan ini," pungkas Din.

Read Entire Article
Politics | | | |