S&P Global Ratings Prediksi Perlambatan Ekonomi Indonesia

16 hours ago 6

Kendaraan melintas di antara gedung bertingkat di Jakarta, Senin (14/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist S&P Global Ratings Louis Kuijs menyampaikan lingkungan eksternal yang dihadapi Indonesia menjadi lebih menantang. Louis mengatakan tarif AS akan memukul ekonomi seperti Indonesia tetapi tidak sepenuhnya menekan perekonomian.

Louis menilai dampak langsung melalui tarif AS dikombinasikan dengan dampak tidak langsung dari Cina yang lebih lemah perlu diwaspadai. Namun, ekonomi yang lebih berorientasi pada permintaan domestik seperti Indonesia akan kurang terpengaruh.

"Kami memperkirakan PDB Indonesia tumbuh 4,6 persen pada 2025 dan 4,7 persen pada 2026. Kami melihat inflasi bukan menjadi masalah dan pertumbuhan ekonomi akan menjadi fokus ke depan," ujar Louis dalam seminar bertajuk "Menyeimbangkan Tantangan Jangka Pendek dengan Tujuan Kebijakan Jangka Panjang" di Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Louis memprediksi Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga kebijakan sebesar 100 basis poin pada 2025. Tetapi pelemahan mata uang bisa menjadi alasan bagi BI untuk memangkas lebih sedikit.

"Kami memperkirakan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi sekitar 4,6 persen dalam lima tahun mendatang," sambung Louis.

Louis menilai prospek pertumbuhan jangka menengah Indonesia tetap solid. Meskipun tingkat pertumbuhan tersebut berada di kisaran menengah jika dibandingkan dengan ekonomi negara berkembang Asia, Louis menyebut tingkat pertumbuhan itu termasuk kuat dalam konteks global.

Direktur Financial Institutions Ratings S&P Global Ratings Ivan Tan mengatakan bank-bank di Indonesia memasuki periode tantangan ekonomi makro dan ketidakpastian tarif dari posisi yang kuat. Ivan menyebut perbankan Indonesia termasuk yang memiliki permodalan terbaik di kawasan.

"Kami yakin mereka akan mempertahankan rasio modal Tier-1 sebesar 22 persen-25 persen selama satu hingga dua tahun ke depan. Kami memperkirakan profitabilitas, yang diukur dengan return on asset akan berada di kisaran 2,2 persen-2,5 persen," ucap Ivan.

Kepala Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito menyampaikan kondisi sektor perbankan dan perusahaan pembiayaan cukup solid. Danan menyebut hal ini kabar positif di tengah tekanan dari risiko pertumbuhan bisnis karena meningkatnya ketidakpastian dan volatilitas.

"Kami akan terus memonitor dampak eskalasi perang dagang yang terjadi, karena pelemahan demand yang signifikan dapat juga melemahkan kualitas aset di sektor finansial, dan dapat menyebar ke indikator-indikator lainnya," kata Danan.

Read Entire Article
Politics | | | |